Ekspor CPO berpotensi melandai



JAKARTA. Tak sesuai prediksi, ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia pada bulan April 2014 justru melandai ketimbang bulan sebelumnya.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut, ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia pada bulan April hanya 1,38 juta ton. Angka ini turun 22,9% dari Maret 2014 yang sebesar 1,79 juta ton. Bila kondisi ini berlanjut, ada kekhawatiran kinerja ekspor CPO tahun ini akan lebih rendah dari 2013.

Fadhil Hasan, Sekretaris Jenderal Gapki mengatakan penurunan ekspor CPO terjadi lantaran melorotnya permintaan CPO dari beberapa negara tujuan ekspor seperti China, India dan Pakistan. "Penurunan permintaan dari China karena pertumbuhan ekonomi melambat," ujar dia.


Pada April 2014, ekspor CPO ke China hanya 137.000 ton, turun 51,24% dari bulan sebelumnya sebanyak 281.000 ton. Ekspor CPO ke India di April hanya 353.000 ton, turun 14,32% dari bulan sebelumnya. Ekspor ke Pakistan pada April 2014 hanya 123.000 ton, turun 29,31% dari Maret 2014.

Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menambahkan, selain lesunya permintaan dari pasar internasional, penurunan ekspor CPO juga dipicu naiknya konsumsi CPO domestik sebagai dampak kebijakan mandatori campuran biodiesel dalam bahan bakar minyak (BBM).

Meski permintaan ekspor ke depan berpeluang naik, Derom memprediksi ekspor CPO Indonesia tahun ini lebih rendah dari 2013 yang sekitar 21,2 juta ton. "Ekspor CPO tahun ini mungkin kurang dari 20 juta ton," katanya, Senin (19/5).Adapun hitungan Wakil Ketua DMSI Delima Hasri Azahari Darmawan menambahkan, tahun ini ekspor CPO bisa turun sekitar 5% –10% dari tahun lalu.

Johannes, Corporate Legal Wilmar Group bilang penurunan ekspor CPO April 2014 adalah  imbas turunnya produksi CPO Indonesia pada kuartal I-2014. Tapi, dampak penurunan ekspor ini belum terasa di Wilmar. "Kalaupun ada penurunan, belum akan berdampak signifikan sampai akhir tahun," katanya.

Makanya, Wilmar belum berencana merevisi target ekspor CPO. Setiap tahun Wilmar International mengelola CPO rata-rata 4 juta ton–5 juta ton. Rinciannya satu juta ton CPO untuk biodiesel, tiga juta ton untuk produksi olein dan satu juta ton CPO diekspor.

Tapi, Fadhil menilai penurunan ekspor CPO pada April 2014 hanya sesaat. Menurutnya, permintaan CPO akan kembali naik. "Pada Mei - Juni sudah menjelang puasa dan lebaran, sehingga beberapa konsumen CPO seperti India dan Pakistan akan menaikkan permintaan," ujarnya. Makanya, ia optimistis ekspor CPO Indonesia 2014 setidaknya akan sama seperti 2013.

Harga cenderung turun

Akibat turunnya permintaan, harga CPO pada Mei 2014 lebih rendah dari April 2014. Harga rata-rata CPO di bursa Rotterdam pada April 2014 sekitar US$ 893 per ton - US$ 930 per ton, lebih rendah dari Maret 2014 sekitar US$ 961 per ton. Fadhil bilang, harga CPO masih terus berfluktuasi. Perkiraan Gapki, harga CPO di akhir Mei 2014 tak akan bergerak di kisaran US$ 890 per ton – US$ 920 per ton. "Harapannya, mendekati Ramadhan harga dan permintaan bisa terkerek karena permintaan naik," katanya.

Saat ini, harga CPO di bursa Rotterdam sekitar US$ 905 per ton. Dalam hitungan Derom, setidaknya hingga Juni 2014 harga CPO masih sekitar US$ 900 per ton. "Kalau prediksi kekeringan (elnino) terjadi yang membuat produksi turun, maka harga CPO akan naik," katanya.

Sebelumnya, Gapki memperkirakan harga CPO tahun ini rata-rata US$ 900 per ton – US$ 950 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan