JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunan asal Indonesia sepanjang tahun 2013 lalu masih tumbuh. Mengutip data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada tahun 2013 ekspor CPO dan turunan mencapai 21,2 juta ton, atau naik 16% dibanding tahun 2012 yang mencapai 18,2 juta ton. Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal GAPKI mengatakan, peningkatan kinerja ekspor tersebut dikarenakan stok CPO pada akhir tahun 2012 lalu cukup tinggi sehingga penjualan mundur ke awal tahun 2013. "Stok akhir tahun tinggi, sehingga dilimpahkan ke tahun berikutnya. Ini yang membuat ekspor meningkat," kata Joko, Rabu (15/1). Pasar utama penjualan CPO dan turunan Indonesia masih didominasi negara-negara tradisional, seperti India, China, dan Eropa. Pada tahun lalu, misalnya, ekspor CPO dan turunan ke India mencapai 6,1 juta ton, Eropa sebesar 4,1 juta ton, dan China 2,6 juta ton. Bila secara volume ekspor CPO mengalami peningkatan, kondisi sebaliknya terjadi pada sisi nilai. Periode Januari-November nilai ekspor CPO mencapai US$ 17,56 miliar, sementara bila dikalkulasikan hingga Desember nilai ekspor CPO mencapai US$ 19,11 miliar. Dengan perkiraan perhitungan hingga akhir tahun tersebut, maka nilai ekspor CPO sepanjang tahun 2013 lalu mengalami penurunan sekitar 10% dibandingkan tahun 2012. "Penurunan dari sisi nilai cukup signifikan," kata Joko. Menurunnya nilai ekspor CPO tahun 2013 lalu tidak dapat dipisahkan oleh faktor harga minyak sawit yang melandai. Sepanjang tahun 2013, harga CPO rata-rata berada di kisaran US$ 841,67 per metrik ton (MT). Harga tersebut mengalami penurunan 10% bila dibandingkan tahun 2012 yang berada dikisaran US$ 1.028,40 per MT. Krisis ekonomi yang berkepanjangan melanda Uni Eropa mengakibatkan daya beli melemah. Selain itu, perlambatan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang di India dan China turut meredam permintaan CPO asal Indonesia.
Ekspor CPO Indonesia di 2013 meningkat
JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunan asal Indonesia sepanjang tahun 2013 lalu masih tumbuh. Mengutip data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada tahun 2013 ekspor CPO dan turunan mencapai 21,2 juta ton, atau naik 16% dibanding tahun 2012 yang mencapai 18,2 juta ton. Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal GAPKI mengatakan, peningkatan kinerja ekspor tersebut dikarenakan stok CPO pada akhir tahun 2012 lalu cukup tinggi sehingga penjualan mundur ke awal tahun 2013. "Stok akhir tahun tinggi, sehingga dilimpahkan ke tahun berikutnya. Ini yang membuat ekspor meningkat," kata Joko, Rabu (15/1). Pasar utama penjualan CPO dan turunan Indonesia masih didominasi negara-negara tradisional, seperti India, China, dan Eropa. Pada tahun lalu, misalnya, ekspor CPO dan turunan ke India mencapai 6,1 juta ton, Eropa sebesar 4,1 juta ton, dan China 2,6 juta ton. Bila secara volume ekspor CPO mengalami peningkatan, kondisi sebaliknya terjadi pada sisi nilai. Periode Januari-November nilai ekspor CPO mencapai US$ 17,56 miliar, sementara bila dikalkulasikan hingga Desember nilai ekspor CPO mencapai US$ 19,11 miliar. Dengan perkiraan perhitungan hingga akhir tahun tersebut, maka nilai ekspor CPO sepanjang tahun 2013 lalu mengalami penurunan sekitar 10% dibandingkan tahun 2012. "Penurunan dari sisi nilai cukup signifikan," kata Joko. Menurunnya nilai ekspor CPO tahun 2013 lalu tidak dapat dipisahkan oleh faktor harga minyak sawit yang melandai. Sepanjang tahun 2013, harga CPO rata-rata berada di kisaran US$ 841,67 per metrik ton (MT). Harga tersebut mengalami penurunan 10% bila dibandingkan tahun 2012 yang berada dikisaran US$ 1.028,40 per MT. Krisis ekonomi yang berkepanjangan melanda Uni Eropa mengakibatkan daya beli melemah. Selain itu, perlambatan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang di India dan China turut meredam permintaan CPO asal Indonesia.