KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkap penyebab turunnya ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya pada September 2024. Menurut Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono salah satu penyebab utamanya adalah persaingan harga CPO dengan minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari (sun seed oil) dan minyak kedelai (soybean oil). "Penurunan ekspor minyak sawit kita salah satu penyebabnya adalah karena harga minyak sawit lebih mahal dari minyak bunga matahari. Sehingga ini membuat (minyak) bunga matahari over suply. Demikian juga terhadap minyak kedelai, selisih harganya sangat kecil," ungkap Eddy saat dihubungi Kontan, Kamis (17/10). Baca Juga: Impor dari China Capai US$ 5,98 Miliar Pada September 2024 Dengan tingginya harga CPO saat ini membuat negara-negara pengimpor CPO memiliki pilihan untuk mengimpor jenis minyak nabati lainnya. Adapun, kata Eddy data ekspor yang tercatat di GAPKI dari Januari hingga Agustus 2024 adalah sebesar 20 juta ton CPO. Dan hingga tutup tahun, GAPKI memprediksi adanya penurunan kuota ekspor CPO namun tidak akan terlalu jauh jika dibandingkan dengan kuota ekspor sepanjang 2023. "Ekspor kemungkinan agak turun dibandingkan tahun lalu, angkanya masih disekitar 30 juta ton," ungkapnya. Asal tahu saja, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor CPO dan turunannya tercatat menurun pada September 2024. “Ekspor CPO dan turunannya tercatat sebesar US$ 1,38 Miliar pada September 2024, atau turun 21,64% MtM, dan turun 24,75% YoY,” tutur Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (15/10). Adapun, volume ekspor CPO dan turunannya mencapai untuk bulan September ini adalah 1,49 Juta Ton, atau turun jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 yang mencapai 1,97 Juta Ton. Baca Juga: BPS: Ekspor Besi, Baja, CPO dan Turunannya Tercatat Turun pada September 2024
Ekspor CPO Turun pada September 2024, GAPKI Ungkap Penyebabnya
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkap penyebab turunnya ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya pada September 2024. Menurut Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono salah satu penyebab utamanya adalah persaingan harga CPO dengan minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari (sun seed oil) dan minyak kedelai (soybean oil). "Penurunan ekspor minyak sawit kita salah satu penyebabnya adalah karena harga minyak sawit lebih mahal dari minyak bunga matahari. Sehingga ini membuat (minyak) bunga matahari over suply. Demikian juga terhadap minyak kedelai, selisih harganya sangat kecil," ungkap Eddy saat dihubungi Kontan, Kamis (17/10). Baca Juga: Impor dari China Capai US$ 5,98 Miliar Pada September 2024 Dengan tingginya harga CPO saat ini membuat negara-negara pengimpor CPO memiliki pilihan untuk mengimpor jenis minyak nabati lainnya. Adapun, kata Eddy data ekspor yang tercatat di GAPKI dari Januari hingga Agustus 2024 adalah sebesar 20 juta ton CPO. Dan hingga tutup tahun, GAPKI memprediksi adanya penurunan kuota ekspor CPO namun tidak akan terlalu jauh jika dibandingkan dengan kuota ekspor sepanjang 2023. "Ekspor kemungkinan agak turun dibandingkan tahun lalu, angkanya masih disekitar 30 juta ton," ungkapnya. Asal tahu saja, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor CPO dan turunannya tercatat menurun pada September 2024. “Ekspor CPO dan turunannya tercatat sebesar US$ 1,38 Miliar pada September 2024, atau turun 21,64% MtM, dan turun 24,75% YoY,” tutur Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (15/10). Adapun, volume ekspor CPO dan turunannya mencapai untuk bulan September ini adalah 1,49 Juta Ton, atau turun jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 yang mencapai 1,97 Juta Ton. Baca Juga: BPS: Ekspor Besi, Baja, CPO dan Turunannya Tercatat Turun pada September 2024