KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor dan impor besi dan baja meningkat kuartal I-2018. Asosiasi industri besi dan baja melihat sudah ada dampak dari perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor besi dan baja pada Maret senilai US$ 532,6 atau naik 64,94% dari periode Februari senilai US$ 322,9 juta. Sementara pada Januari- Maret 2018 ekspor sebesar US$ 1,254.9 miliar atau ada kenaikan 125,11% dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 557,5 juta.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Hidayat Triseputro menjelaskan, kenaikan karena terkena imbas Anti Dumping di Amerika Serikat. Hanya saja produk yang diekspor kemungkinan besar bukan jenis baja utama. "Seandainya memang demikian, itu bisa jadi permintaan impor oleh Amerika Serikat sekitar dua sampai tiga bulan lalu karena untuk pesan produk baja sampai
delivery butuh waktu sekitar itu," kata Hidayat saat dihubungi KONTAN, Senin (16/4). Catatan saja, Negara Paman Sam menetapkan tarif impor baja 25% dan aluminium 10% dari berbagai negara. Perang dagang berlanjut saat China menerapkan tarif bea masuk hingga 25% terhadap 128 produk dari Amerika Serikat. "Ada kemungkinan besar importirnya sudah mengantisipasi policy dari Trump," kata Hidayat Sementara untuk impor besi dan baja pada Maret senilai US$ 880,2 juta atau ada kenaikan 23,02% dari periode Februari sebesar US$ 715,5 juta. Sementara pada periode kuartal I-2018 2018 impor senilai US$ 2,408.5 miliar atau ada kenaikan 48,06% dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,626.7 miliar.
Hidayat belum memahami secara pasti kenaikan impor. Namun dirinya berharap produk diimpor itu berupa semi
finished product, karena merupakan bahan baku produksi. Tetapi menurutnya bila yang diimpor merupakan finished produk, kekhwatiran akan akibat efek Trump akan jadi kenyataan. "Perlu didalami, itu
finished product atau bukan. Apakah ini sebagai akibat pengalihan nomer HS atau bukan," pungkasnya. Secara terpisah, Purwono Widodo, Direktur PT Krakatau Steel Tbk menjelaskan, meningkatnya impor terutama dari jenis bahan baku billet baja. "Ini terjadi karena harga billet yang tarifnya sangat tinggi sudah normal kembali. "Hal ini setelah China mulai memberi alokasi ekspor billet kembali," ujar Purwono kepada KONTAN, Senin (16/4). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia