KONTAN.CO.ID - Produsen kopi robusta terbesar di dunia, Vietnam berencana memperketat ekspornya hingga akhir 2024. Hal ini berpotensi memberi tekanan semakin berat pada harga yang sudah melonjak hampir dua pertiga sepanjang tahun ini. Kekeringan telah membebani produksi di negara-negara Asia Tenggara, tetapi disisi lain ada pula ancaman pola cuaca La Nina, yang biasanya menyebabkan lebih banyak curah hujan. Jika benar terjadi, ini semakin memperburuk ketatnya pasokan kopi global. Situasi ini menyebabkan indeks Robusta melonjak ke level tertinggi sejak tahun 1970an. Melansir Bloomberg, Thai Nhu Hiep, Direktur Eksportir Vinh Hiep Co. sekaligus Wakil Ketua Asosiasi Kopi Nasional Vietnam memperkirakan peningkatan pasokan yang signifikan mungkin baru terjadi pada bulan Desember. Katanya, kemungkinan akan terjadi terlalu banyak hujan akibat La Nina selama periode pengumpulan buah, sehingga kemungkinan besar panen tidak akan lancar.
Menurut perkiraan median dari empat pedagang dan eksportir yang disurvei oleh Bloomberg, produksi pada musim baru, yang dimulai pada bulan Oktober, kemungkinan juga 5% menjadi 1,56 juta ton karena kekeringan yang terjadi sebelumnya. Meskipun curah hujan meningkat akhir-akhir ini, prospek La Nina masih menimbulkan kekhawatiran. “Pasokan dari Vietnam akan terancam jika La Nina kembali terjadi,” kata Do Ha Nam, Ketua Intimex Group, eksportir kopi terbesar di Vietnam. Baca Juga: Harga Kopi Robusta Melonjak ke Rekor Tertinggi karena Pasokan Mengetat Bisa saja petani akan membiarkan buah-buahan matang di pohonnya dan para pedagang tidak dapat memperoleh biji kopi untuk memenuhi komitmen yang tertunda maupun yang baru. Ekspor turun menjadi 70.202 ton pada bulan Juni. Ini menjadi level terendah pada Juni sejak tahun 20212-2013. Selama tiga bulan terakhir musim ini, ekspor kemungkinan hanya akan mencapai 150.000 ton. Jumlah tersebut kurang dari setengah jumlah ekspor Vietnam selama periode lima tahun terakhir.