JAKARTA. Meski harga komoditas dunia tengah merosot tajam, harga timah bergerak sebaliknya. Sejak menyentuh level terendah sejak 2009 pada 7 Juli 2014, harga timah merangkak naik perlahan. Bahkan sepanjang Juli 2015 harga timah telah melonjak 16%. Mengacu data Bloomberg, Jumat (31/7), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,77% ke US$ 16.300 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sepekan terkahir, harga timah melesat 5,80%. Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures, menjelaskan, pergerakan harga timah berbeda dengan kebanyakan harga komoditas lain. “Pembatasan ekspor timah Indonesia jelas menyedot stok timah di pasar global,” papar Wahyu.
Pengiriman timah dari Indonesia tahun ini diprediksi terpangkas 14% menjadi 65.000 metrik ton. Sepanjang Januari-Juni 2015, ekspor timah Indonesia turun 5% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 39.358 ton. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures juga menilai, peluang harga timah naik masih terbuka. Apalagi setelah kebijakan pembatasan ekspor timah Indonesia berlaku pada Sabtu (1/8) lalu. Sesuai beleid baru, produsen Indonesia harus memiliki sertifikat yang menyatakan timah yang akan diekspor dalam keadaan bersih. Selain itu, timah solder harus berbahan baku dari timah yang diperdagangkan di bursa timah Indonesia, yakni Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Maka Sabtu (1/8) lalu, BKDI resmi menawarkan kontrak timah. “Ini berpotensi menurunkan pasokan global yang saat ini masih tinggi,” papar Deddy. Proyeksi Asosiasi Eksportir Timah Indonesia, ekspor timah Indonesia akan menyusut ke level terendah sejak tahun 2007. Data ekonomi China akhir pekan lalu cukup mendukung penguatan harga. Data manufacturing PMI China Juli 2015 yang bertahan di level 50 meski kali ini merosot sedikit dari 50,2 ke 50,0. Serta non-manufacturing PMI naik dari 53,8 ke 53,9.
“Impor timah China dari Myanmar juga meningkat dua kali lipat dari tahun 2014 lalu,” ujar Deddy. Hingga Juni 2015 lalu, impor timah China naik 78% dari periode yang sama tahun 2014. Pembatasan ekspor di Indonesia baru akan terlihat dampaknya bagi pasar pada akhir Agustus dan September mendatang ketika terlihat terjadi penurunan ekspor dari Indonesia. Maklum, pada saat bersamaan, ekspor timah Myanmar sedang digenjot. Secara teknikal Deddy menjabarkan harga bergerak di atas moving average (MA) 50 dengan potensi naik. Garis MACD di area positif 0,2 mengarah ke atas. Stochastic di 51 dan RSI level 50, menunjukkan sinyal kenaikan. Deddy menduga Senin (3/8) harga timah akan bergerak di US$ 14.800 sampai US$ 16.500 per metrik ton dan sepekan antara US$ 14.000 hingga US$ 16.600 per metrik ton. Sedangkan Wahyu memperkirakan, harga sepekan di US$ 15.500 sampai US$ 16.500 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie