Ekspor dorong pendapatan KICI naik 21,6%



JAKARTA. PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI) masih yakin bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 10%20% hingga akhir tahun ini. Kinerja KICI akan banyak ditopang dari kenaikan penjualan ekspor.

Hingga semester I-2017, emiten yang membuat produk berbahan enamel dan kaleng ini berhasil membukukan pendapatan Rp 59,32 miliar. Jumlah ini naik 21,65% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Lalu, laba periode berjalan tercatat naik 812% dari Rp 722,3 juta menjadi Rp 6,59 miliar.

Sebagian besar penjualan KICI masih disumbang dari penjualan lokal, nilainya mencapai Rp 41,18 miliar, atau naik 7,88% dibandingkan semester satu tahun lalu. Di sisi lain, penjualan ekspor justru melejit hingga 70,35% menjadi Rp 18,16 miliar.


Sepanjang tahun ini, KICI memang getol menggenjot pasar ekspor. Sekretaris Perusahaan KICI Ing Hidayat Karnadi mengatakan, perusahaan tengah fokus menggarap pasar Amerika. Menurutnya, kebutuhan masyarakat Amerika Serikat akan alat rumah tangga masih tinggi, terutama tempat makanan seperti kalkun.

"Karena itulah kami optimistis bisa meraih target pendapatan double digit di akhir tahun," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (25/7).

Tahun lalu, penjualan KICI tumbuh 8,3% year on year (yoy) menjadi Rp 99,38 miliar. Dengan target pertumbuhan 10% maka KICI berharap bisa mencetak pendapatan Rp 109,32 miliar di akhir 2017. Saat ini, penjualan KICI tersebar di empat wilayah, yakni pasar Asia, Amerika, Afrika, dan Australia.

Meski rajin memacu pertumbuhan kinerja ekspor, KICI tak asal jual produk ke luar negeri dan hanya memilih negara tujuan ekspor dengan kondisi ekonomi yang sedang baik.

Sebelumnya, KICI juga sempat menjual produknya ke Eropa. Namun, karena kontribusinya tak signifikan, sejak tahun lalu KICI tidak lagi menyasar pasar Eropa.

Selain memacu penjualan mancanegara, KICI juga tetap mempertahankan penjualan domestik. Saat ini, perusahaan ini berencana menciptakan diversifikasi produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasar.

Lalu, untuk mempertahankan margin laba, KICI berupaya menekan biaya impor bahan baku. Maklum, sebanyak 25%30% bahan baku enamel KICI adalah produk impor. Sementara porsi impor bahan baku tin plate atau lembaran timah mencapai 70%. Sisa 30% lembaran timah dibeli dari Grup Krakatau Steel.

Ing mengatakan, KICI berupaya melakukan natural hedging untuk menjaga margin dari fluktuasi nilai tukar.

Meski fundamental emiten ini cukup apik, likuiditas saham KICI terbilang rendah. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham KICI turun 1,84% menjadi Rp 160 per saham. Volume transaksi saham ini cuma 245 lot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini