Ekspor garmen Eratex ke AS melemah



JAKARTA. Pelemahan permintaan garmen di Amerika Serikat (AS) menggerus pendapatan PT Eratex Djaja Tbk. Sampai akhir September 2014, Eratex mencatat penurunan pendapatan sebesar 3,57%.

Perusahaan dengan kode saham ERTX di Bursa Efek Indonesia ini membukukan pendapatan US$ 42,27 juta pada September 2014. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sama 2013 sebesar U$ 43,58 juta. 

Juliarti Pudji Kurniawati, Sekretaris Perusahaan ERTX bilang, penjualan turun lantaran ekspor ke Amerika Serikat (AS) menyusut. "Perekonomian AS kurang baik sehingga daya beli melemah. Semua industri garmen merasakan hal serupa," kata Juliarti kepada KONTAN, Selasa (4/11).


Sebagai catatan, kinerja ERTX memang sangat bergantung dengan pasar ekspor, khususnya ke AS. Sebab, ekspor ERTX ke AS saja menyumbang 64% atas seluruh pendapatan perseroan. Selain ekspor ke AS, ERTX juga ekspor produk mereka ke Jepang, namun kontribusinya masih kecil, hanya 16% saja.

Adapun realisasi ekspor ERTX sampai September 2014 mencapai US$ 41,61 juta. Angka ini turun 4,5% jika dibandingkan dengan realisasi ekspor periode yang sama tahun lalu US$ 43,58 juta.

Berbeda dengan kinerja ekspor, penjualan ERTX dari pasar lokal mencatat kenaikan walaupun nilainya kecil. Sampai September 2014 lalu, pendapatan ERTX dari penjualan di pasar dalam negeri tercatat US$ 655.994, naik 186,6% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu yakni senilai US$ 228.903. 

Secara kontribusi, pendapatan dari penjualan domestik ini hanya 1,6% dari total penjualan perseroan. "Pendapatan lokal tidak menjadi pendapatan utama bagi kami. Sebab kami hanya mengerjakan sub kontrak dari pihak ketiga. Mereka memberikan bahan dan model, dan kami yang memproduksinya menjadi barang jadi," kata Juliarti.

Karena memiliki orientasi ekspor, kinerja perusahaan mendapatkan manfaat besar dari pelemahan nilai tukar rupiah. Ini terlihat dari kinerja laba bersih perusahaan yang tercatat senilai US$ 1,6 juta sampai dengan akhir September 2014. 

Angka pendapatan tersebut naik berlipat-lipat jika dibandingkan dengan pendapatan ERTX pada periode yang sama tahun lalu senilai US$ 55.805. “Sampai akhir tahun ini kami memperkirakan laba bersih mencapai US$ 1,7 juta - US$ 2 juta," terang Juliarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto