Ekspor-impor masih terus melambat



JAKARTA. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja ekspor-impor sepanjang bulan April 2013. Para pengamat ekonomi memperkirakan, kinerja ekspor-impor yang terjadi pada tiga bulan pertama tahun ini masih terus berlanjut melemah seperti bulan April lalu.

Sejak awal tahun, kinerja ekspor-impor Indonesia melempem. Ekspor triwulan pertama tahun ini turun 6,44% dari setahun yang lalu menjadi US$ 45,39 miliar, sedangkan impor turun 0,62% menjadi US$ 45,46 miliar. "Ada tanda-tanda yang mendukung kenaikan ekspor, tapi pemulihan ekonomi di sejumlah negara tujuan ekspor belum maksimal," kata Anton H Gunawan, Kepala Ekonom Bank Danamon, dalam keterangan tertulisnya, akhir pekan lalu.

Tanda-tanda yang mendukung ekspor antara lain mulai meningkatnya harga komoditas dan pemulihan permintaan dari Amerika Serikat. Namun, negara tujuan ekspor seperti China dan India masih berjuang memulihkan pertumbuhan ekonomi, sehingga permintaan dari dua negara ini diperkirakan tetap rendah.


Anton menghitung, ekspor non minyak dan gas (migas) bulan April 2013 turun 7,3% dari April 2012 yang mencapai US$ 16,17 miliar. Pada periode yang sama, nilai impor non migas juga menyusut 11,7% dari US$ 16,94 miliar.

Berbekal perkiraan itu, Anton pun menghitung neraca perdagangan secara bulanan akan kembali surplus. Bulan Maret 2013, neraca perdagangan surplus US$ 304,9 juta.  "Surplus bulan April sekitar US$ 40 juta," terang Anton.

Bila prediksi Anton ini benar, maka akan mengurangi defisit neraca perdagangan sepanjang kuartal I 2013 sebesar US$ 67,5 juta.

Lana Soelistyaningsih, Ekonom Samuel Sekuritas, sependapat, ekspor-impor makin menyusut. Namun, penyusutan ekspor lebih besar dibandingkan impor sehingga bakal menimbulkan defisit pada bulan itu sebesar US$ 70 juta.

Menurut Lana, ekspor pada April tahun ini turun 13% dari setahun yang lalu, sedangkan impor berkurang 11%. Impor turun karena pengusaha sudah mempersiapkan bahan baku produksi untuk menghasilkan barang-barang yang dijual pada bulan puasa dan lebaran.

Seperti kita tahu, pada dua momen itu, kebutuhan barang-barang selalu naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie