JAKARTA. Ekspor Indonesia ke Rusia kian terbuka lebar. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan pemerintah Rusia berharap Indonesia meningkatkan ekspor produk-produk pertanian, daging, ikan, susu, dan sayuran ke pasar Rusia. Harapan ini merupakan imbas dari dilarangnya produk-produk pertanian dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, dan Australia ke Rusia. “Akibat pelarangan itu, Rusia meminta perusahaan dagang Indonesia memasok semua produk pertanian dan produk lainnya, termasuk produk yang berasal dari sekitar Indonesia," ujar Lutfi dalam siaran persnya, Jumat (28/8). Mendag Lutfi melakukan pertemuan dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Federasi Rusia, Alexey Ulyukaev, di sela sela kegiatan pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) di Nay Pyi Taw, Myanmar. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut pertemuan sebelumnya kedua menteri tersebut pada rangkaian Pertemuan G-20, Juli 2014 lalu di Sydney, Australia. Pertemuan tersebut ditindaklanjuti secara langsung dalam pertemuan bisnis antara para pengusaha dari Indonesia dan Rusia. Delegasi pengusaha Indonesia dihadiri oleh wakil Kadin, Indonesia Eximbank, Garuda Indonesia Airways, serta pengusaha dari sektor minyak sawit, karet, dan kopi yang merupakan ekspor potensial Indonesia ke Rusia. Kedua negara sepakat menjadikan pertemuan ini sebagai payung dari peningkatan diplomasi dagang bagi kedua negara dan mengurangi berbagai hambatan agar dapat meningkatkan daya saing. “Pertemuan ini akan menjadi kerangka keterlibatan langsung para pengusaha kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan dagang yang akan difasilitasi oleh kedua pemerintah,” demikian ditekankan Lutfi. Terkait hambatan perdagangan tersebut, Lutfi menyatakan Indonesia mengajukan agar pihak Rusia dapat meningkatkan impor produk-produk ekspor utama Indonesia dan menekankan agar pihak Rusia dapat segera mengurangi hambatan perdagangan dari Indonesia. "Khususnya produk perikanan, minyak sawit, dan lain-lainnya,” lanjut Lufti. Dalam pertemuan itu, Alexey Ulyukaev menyampaikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pesawat-pesawat hasil produk perusahaan Rusia untuk mengembangkan jaringan transportasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah yang sulit untuk dijangkau dengan transportasi darat. Sementara pihak Rusia akan mengembangkan peralatan dan perawatan pesawat di Indonesia. Selama Januari-Mei, total perdagangan antara kedua negara mencapai sekitar USD 1,1 miliar, atau turun 40,5% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,8 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Rusia pada 2014 (Jan-Mei) menunjukkan surplus bagi Rusia sebesar USD 303,4 juta. Dirjen Kerja sama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menyatakan, Rusia merupakan salah satu negara mitra dagang potensial bagi Indonesia. Pada 2013, Rusia menduduki urutan ke-29 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia. Pertumbuhan kinerja perdagangan bilateral antara kedua negara selama 5 tahun terakhir (2009- 2013) rata-rata sebesar 45,1% per tahun. "Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi produk minyak sawit dan turunannya, alas kaki, kopi, kopra, dan karet alam pada tahun 2013. Sementara itu, impor utama Indonesia dari Rusia mencakup produk turunan dari besi dan baja, suku cadang pesawat, peralatan militer, asbes, serta gandum," katanya. Pada tingkat ASEAN, kinerja perdagangan Indonesia dengan Rusia pada tahun 2013 menduduki urutan ke-3 dengan nilai total sebesar US$ 2,96 miliar. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh Vietnam sebesar US$ 3,97 miliar dan Thailand US$ 3,36 miliar.
Ekspor Indonesia ke Rusia berpotensi meningkat
JAKARTA. Ekspor Indonesia ke Rusia kian terbuka lebar. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan pemerintah Rusia berharap Indonesia meningkatkan ekspor produk-produk pertanian, daging, ikan, susu, dan sayuran ke pasar Rusia. Harapan ini merupakan imbas dari dilarangnya produk-produk pertanian dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, dan Australia ke Rusia. “Akibat pelarangan itu, Rusia meminta perusahaan dagang Indonesia memasok semua produk pertanian dan produk lainnya, termasuk produk yang berasal dari sekitar Indonesia," ujar Lutfi dalam siaran persnya, Jumat (28/8). Mendag Lutfi melakukan pertemuan dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Federasi Rusia, Alexey Ulyukaev, di sela sela kegiatan pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) di Nay Pyi Taw, Myanmar. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut pertemuan sebelumnya kedua menteri tersebut pada rangkaian Pertemuan G-20, Juli 2014 lalu di Sydney, Australia. Pertemuan tersebut ditindaklanjuti secara langsung dalam pertemuan bisnis antara para pengusaha dari Indonesia dan Rusia. Delegasi pengusaha Indonesia dihadiri oleh wakil Kadin, Indonesia Eximbank, Garuda Indonesia Airways, serta pengusaha dari sektor minyak sawit, karet, dan kopi yang merupakan ekspor potensial Indonesia ke Rusia. Kedua negara sepakat menjadikan pertemuan ini sebagai payung dari peningkatan diplomasi dagang bagi kedua negara dan mengurangi berbagai hambatan agar dapat meningkatkan daya saing. “Pertemuan ini akan menjadi kerangka keterlibatan langsung para pengusaha kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan dagang yang akan difasilitasi oleh kedua pemerintah,” demikian ditekankan Lutfi. Terkait hambatan perdagangan tersebut, Lutfi menyatakan Indonesia mengajukan agar pihak Rusia dapat meningkatkan impor produk-produk ekspor utama Indonesia dan menekankan agar pihak Rusia dapat segera mengurangi hambatan perdagangan dari Indonesia. "Khususnya produk perikanan, minyak sawit, dan lain-lainnya,” lanjut Lufti. Dalam pertemuan itu, Alexey Ulyukaev menyampaikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pesawat-pesawat hasil produk perusahaan Rusia untuk mengembangkan jaringan transportasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah yang sulit untuk dijangkau dengan transportasi darat. Sementara pihak Rusia akan mengembangkan peralatan dan perawatan pesawat di Indonesia. Selama Januari-Mei, total perdagangan antara kedua negara mencapai sekitar USD 1,1 miliar, atau turun 40,5% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,8 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Rusia pada 2014 (Jan-Mei) menunjukkan surplus bagi Rusia sebesar USD 303,4 juta. Dirjen Kerja sama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menyatakan, Rusia merupakan salah satu negara mitra dagang potensial bagi Indonesia. Pada 2013, Rusia menduduki urutan ke-29 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia. Pertumbuhan kinerja perdagangan bilateral antara kedua negara selama 5 tahun terakhir (2009- 2013) rata-rata sebesar 45,1% per tahun. "Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi produk minyak sawit dan turunannya, alas kaki, kopi, kopra, dan karet alam pada tahun 2013. Sementara itu, impor utama Indonesia dari Rusia mencakup produk turunan dari besi dan baja, suku cadang pesawat, peralatan militer, asbes, serta gandum," katanya. Pada tingkat ASEAN, kinerja perdagangan Indonesia dengan Rusia pada tahun 2013 menduduki urutan ke-3 dengan nilai total sebesar US$ 2,96 miliar. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh Vietnam sebesar US$ 3,97 miliar dan Thailand US$ 3,36 miliar.