JAKARTA. Otoritas bank sentral yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekspor tahun ini akan terkontraksi alias drop 11%, sekarang berubah menjadi 14%. Ekonomi global yang tidak kondusif menjadi penyebab. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat ekspor memang sulit diharapkan. Ia menjelaskan, Indonesia mempunyai dua macam ekspor yaitu ekspor migas dan non migas. Ekspor migas relatif aman karena sudah mempunyai kontrak kerja sama, sedangkan ekspor non migas terancam. Ekspor non migas Indonesia terdiri dari komoditas dan manufaktur. Permasalahannya, ekspor komoditas yang sangat bergantung pada ekonomi global mendominasi hingga 60%. "Harga luar negeri jatuh, kita tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Senin (22/6).
Yang bisa dilakukan adalah menciptakan ekspor komoditas yang mempunyai nilai tambah seperti produk crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit yang diolah menjadi bahan industri kosmetik. Sementara itu untuk ekspor manufaktur, diakui Lana, mengalami permasalahan yang berat.