KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemperin) gencar memacu industri kosmetik dan obat tradisional. Langkah ini diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sempat mengatakan bahwa industri jamu dapat menjadi ujung tombak batu bagi sektor manufaktur dan ekonomi nasional karena terdiri dari banyak pemain. "Jadi, industri ini sifatnya inklusif atau banyak masyarakat yang bisa mengembangkannya," katanya dalam keterangan pers yang diterima Kontan.co.id, Rabu (3/7). Menanggapi hal ini, Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradsional Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan, penggalakan ekspor jamu hanya bisa diterapkan untuk produk jamu modern berbentuk kapsul dan cairan, termasuk minuman jamu Indonesia.
Dwi bilang, sampai sekarang pabrik-pabrik jamu besar sudah ekspor ke negara-negara di ASEAN dan Afrika. Bahkan beberapa sudah masuk ke pasar Eropa dan Rusia. "Tapi semua bentuknya jamu kapsul, jamu dengan isi yang sudah diekstrak," kata Dwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/7). Sementara itu, pabrik-pabrik jamu menengah hanya bisa ekspor ke Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam. Konsumennya pun kebanyakan orang Indonesia dan Melayu. Berkaca dari keadaan industri jamu sejauh ini, pasar jamu 90% masih dikuasai pasar lokal, 10% lainnya pasar ekspor. Dwi menambahkan, ekspor jamu Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Thailand. Kontribusi jamu terhadap PDB pun masih kecil, sekitar 2% saja. Menurut Dwi, jamu modern dan minuman jamu berpotensi besar untuk diekspor jika ada dukungan dari pemerintah untuk mempromosikan jamu melalui pameran ataupun melalui business to business (B2B). Pemerintah perlu mengambil beberapa langkah untuk mendorong ekspor produk jamu dan minuman jamu di Indonesia, diantaranya dengan mendanai pameran-pameran. Selain itu, peran kedutaan juga penting untuk membantu registrasi jika ada kendala atau kesulitan.