Ekspor Jepang melesat di atas ekspektasi para pengamat



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekspor Jepang terus menggeliat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Kementerian Keuangan Jepang, pada Januari 2018 mengungkapkan, Jepang berhasil membukukan pertumbuhan ekspor sebesar 12,2%.

Kinerja ekspor Jepang tersebut melampaui kinerja bulan sebelumnya, yakni Desember 2017. Kala itu, ekspor meningkat 9,3%. Selain itu, pencapaian kinerja ekspor Jepang pada Januari 2018, juga melampaui prediksi hasil survei Reuters yang mematok pertumbuhan 10,3%.

Bila dibedah lebih lanjut, ekspor Jepang ke Eropa tumbuh paling tinggi dibandingkan ekspor ke kawasan lain. Pada periode itu, ekspor Jepang ke Eropa meningkat 20,8%. Sementara, ekspor Negeri Sakura ke kawasan Asia, tumbuh sebesar 16%. "Pertumbuhan ekspor tetap kuat karena ekonomi global berjalan dengan baik, ditopang permintaan dari China yang juga kuat," tutur Masaki Kuwahara, Ekonom Senior Nomura Securities Co, seperti diberitakan Bloomberg, Senin (19/2).


Efek China memang mendorong ekonomi Jepang di Asia. Pada Januari 2018, ekspor Jepang ke China meningkat 39,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Hingga saat ini, China masih menjadi mitra dagang terbesar Jepang. Sementara ekspor Jepang ke Amerika Serikat (AS) hanya tumbuh 1,2%.

Kuwahara berkeyakinan, dalam beberapa waktu ke depan, ekspor Jepang akan tetap positif. Hal ini juga yang terjadi pada tahun 2017. Jepang menikmati pertumbuhan ekspor sebagai dampak membaiknya perekonomian global.

Namun seiring pertumbuhan ekspor yang kuat, kenaikan impor negara itu juga tak kalah pesat. Pada Januari 2018, impor Jepang tumbuh 7,9%. Angka ini juga di atas prediksi survei Reuters yang memperkirakan besarannya hanya di kisaran 7,7%.

Yang tak bisa diperkirakan, efek kenaikan impor yang cukup kuat tersebut berimbas pada peningkatan defisit neraca perdagangan Jepang. Pada Januari 2018, defisit neraca perdagangan Jepang mencapai 943,4 miliar. Hal ini sejatinya sudah diprediksi oleh para analis, yang memperkirakan defisit Jepang bisa mencapai 1 triliun.

Namun pertumbuhan defisit itu, menurut banyak pengamat, masih dalam kondisi yang aman. Bahkan, kenaikan impor itu menjadi pertanda pulihnya permintaan konsumsi di Jepang.

Editor: Wahyu T.Rahmawati