Ekspor kapas tertekan pelemahan ekonomi Eropa dan AS



JAKARTA. Komoditi kapas juga terpengaruh perlambatan ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika (AS). Mengutip data BPS, ekspor kapas lokal periode Januari-Oktober 2011 mencapai US$ 693 juta, naik 14% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 604 juta. Meski mengalami kenaikan nilai, namun volume ekspor Januari-Oktober 2011 mengalami penurunan 23,34% menjadi 133,345 ton dari 173,933 ton pada periode yang sama di 2010.Sebagai perbandingan, nilai impor kapas Indonesia pada periode Januari-Oktober 2011 ini, mengalami peningkatan 51,35%, dari US$ 1,776,756,995 menjadi US$ 2,689,068,930, pada periode yang sama tahun ini.Memang tidak bisa dipungkiri, produksi kapas nasional masih sangat minim. Produksi kapas lokal hanya mampu memenuhi 5% dari total kebutuhan kapas yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri sebanyak 550.000 ton per tahun. Minimnya produksi kapas nasional ini membuat pasar tekstil domestik sangat tergantung kapas impor. Ketika harga kapas terus meningkat gara-gara pasokan yang tidak mampu memenuhi permintaan pasar, industri tekstil domestik ikut merasakan tekanannya. Marjuni Alimurgi, Ketua Asosiasi Petani kapas Indonesia (Aspekindo), mengatakan, harga kapas di tingkat petani lokal berkisar Rp 4.150 per kg. Dan prediksi harga kapas untuk tahun depan akan naik menjadi Rp 4.400 per kg.Ade Sudrajat, ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengungkapkan, harga kapas di pasar internasional juga mengalami kenaikan. "Harga kapas naik tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu," ujar Ade.Sebagai catatan, harga kapas dunia pada akhir tahun lalu hanya di kisaran US$ 80 sen per pound. Walhasil, naiknya harga kapas ini juga berakibat pada mahalnya ongkos produksi pertekstilan.Tentu hal ini mengganggu kinerja produksi pertekstilan, pasalnya berdasarkan perkiraan Ade dari sekitar 1.000 ton kebutuhan kapas dalam negeri, hanya 1% yang mampu dihasilkan oleh para petani lokal.Sebagai dampak pelemahan ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika ini, Ade pesimistis jika tahun depan ekspor tekstil nasional akan meningkat. "Tentu saja akibat dari krisis kedua negara tersebut, ekspor kita akan terganggu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini