KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor rempah-rempah tahun 2018 diprediksi akan naik 10% dibanding tahun 2017. Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2017 ekspor mencapai 325.800 ton dengan nilai US$ 626,7 juta. "Permintaan banyak ke Eropa dan Amerika, apalagi kayu manis. Ada kenaikan tapi enggak banyak hanya 10%," kata Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia, Gamal Nasir kepada Kontan.co.id, Rabu (14/11). Kemtan menyebut, ekspor kayu manis pada 2017 tercatat sebanyak 48.899 ton dengan nilai US$ 94 juta. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang mengatakan bahwa ekspor mengalami penurunan akibat penurunan harga. Hingga September realisasi ekspor lada Rp 1,66 triliun, cengkeh Rp 639 miliar dan pala Rp 1,2 triliun. "Ekspor itu nilainya belum total. Kita ada penurunan harga tahun ini. Permintaan masih stabil, ada naik tipis sekitar 10%," kata Bambang. Menurut Gamal kenaikan ekspor hanya terjadi pada kayu manis. Untuk komoditi rempah yang lain mengalami penurunan. Hal ini karena sertifikasi rempah lokal yang belum rampung. "Harga ini kan banyak di-reject. Karena kualitas kita enggak dijaga. Maka perlu penyuluhan yang lebih intens, agar petani kita meningkatkan kualitas. Kita harus ikut selera pasar kan," kata Gamal. Gamal menyebut bahwa untuk menggenjot ekspor butuh campur tangan pemerintah di tingkat petani. Caranya adalah dengan memberi pendampingan. "Perlu kehadiran pemerintah untuk mengadakan penyuluhan di tingkat petani. Yang dilakukan oleh sektor perkebunan dan perlu bimbingan," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor kayu manis bisa tumbuh 10% tahun ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor rempah-rempah tahun 2018 diprediksi akan naik 10% dibanding tahun 2017. Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2017 ekspor mencapai 325.800 ton dengan nilai US$ 626,7 juta. "Permintaan banyak ke Eropa dan Amerika, apalagi kayu manis. Ada kenaikan tapi enggak banyak hanya 10%," kata Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia, Gamal Nasir kepada Kontan.co.id, Rabu (14/11). Kemtan menyebut, ekspor kayu manis pada 2017 tercatat sebanyak 48.899 ton dengan nilai US$ 94 juta. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang mengatakan bahwa ekspor mengalami penurunan akibat penurunan harga. Hingga September realisasi ekspor lada Rp 1,66 triliun, cengkeh Rp 639 miliar dan pala Rp 1,2 triliun. "Ekspor itu nilainya belum total. Kita ada penurunan harga tahun ini. Permintaan masih stabil, ada naik tipis sekitar 10%," kata Bambang. Menurut Gamal kenaikan ekspor hanya terjadi pada kayu manis. Untuk komoditi rempah yang lain mengalami penurunan. Hal ini karena sertifikasi rempah lokal yang belum rampung. "Harga ini kan banyak di-reject. Karena kualitas kita enggak dijaga. Maka perlu penyuluhan yang lebih intens, agar petani kita meningkatkan kualitas. Kita harus ikut selera pasar kan," kata Gamal. Gamal menyebut bahwa untuk menggenjot ekspor butuh campur tangan pemerintah di tingkat petani. Caranya adalah dengan memberi pendampingan. "Perlu kehadiran pemerintah untuk mengadakan penyuluhan di tingkat petani. Yang dilakukan oleh sektor perkebunan dan perlu bimbingan," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News