Ekspor kayu olahan Indonesia tahun ini bisa capai US$ 12 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor produk kayu olahan Indonesia dalam keadaan cemerlang. Terhitung hingga tanggal 4 Oktober, kinerja ekspor sejak awal tahun tercatat sebesar US$ 9,4 miliar atau hampir melampaui kinerja sepanjang tahun 2017 di US$ 10,94 miliar.

"Sampai dengan akhir tahun mudah-mudahan tembus sekitar US$ 12 miliar," kata Kepala Seksi Sertifikasi dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Pramono saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (7/10).

Sigit melanjutkan kenaikan ekspor ini utamanya karena besarnya peningkatan permintaan dari pasar-pasar eksisting. Saat ini ekspor terbesar masih berpusat di kawasan Asia dengan nilai sebesar US$ 6,63 miliar, diikuti ekspor ke Amerika Utara senilai US$ 1,21 miliar dan Uni Eropa sebesar US$ 843,79 juta.


Adapun beberapa produk kayu olahan yang berkontribusi besar adalah produk panel senilai US$ 1,96 miliar, diikuti oleh produk kertas senilai US$ 3,02 miliar dan pulp senilai US$ 2,12 miliar.

Selain itu ada juga produk woodworking, furnitur kayu, chipwood alias serpih kayu, kerajinan, veneer dan bangunan prefabrikasi yang ikut berkontribusi pada kinerja ekspor tersebut.

Kinerja ekspor kayu olahan Indonesia memang sedang dalam tren meningkat, mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, sejak Juni 2018 lalu, Indonesia sebenarnya telah mengungguli Malaysia dalam ekspor kayu lapis ke Jepang.

Tercatat pada bulan Juni 2018 lalu, volume ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang mencapai 79.000 kubik meter. Jumlah ini melampaui ekspor Malaysia ke Jepang yang sebesar 77.500 kubik/meter.

Padahal pada tahun 2017 lalu, Indonesia mengekspor 783.900 kubik meter kayu lapis ke Jepang. Sedangkan Malaysia mengekspor sebesar 1,16 juta kubik per meter kayu ke Jepang.

Adapun Jepang merupakan tujuan utama ekspor komoditas tersebut bagi Indonesia dan Malaysia.

Kenaikan ekspor tersebut juga dialami oleh Badan Usaha Milik Negara Perum Perhutani yang baru-baru ini melakukan ekspor perdana setelah dua tahun berhenti melakukan ekspor.

Asep Rusnandar Corporate Secretary Perhutani menjelaskan baru-baru ini, Perhutani mengekspor 10 kontainer produk flooring jenis E2E ke China senilai Rp 2,8 miliar.

Targetnya, tiap bulan Perhutani akan rutin mengekspor 10 kontainer kayu dan pada tahun 2019, BUMN ini akan melakukan ekspansi dan memasuki pasar Uni Eropa.

"Kami estimasi ekspor hingga Desember ini, untuk industri kayu mencapai Rp 109,5 miliar dan non kayu Rp 492, 6 miliar," katanya singkat kepada Kontan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto