KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Petani kelapa Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat mengukir sejarah baru. Untuk pertama kalinya Petani Kelapa dapat melakukan ekspor cocofiber (sabut kelapa) dan dan coco feat (serbuk sabut kelapa) ke Tiongkok. Ekspor ini berhasil dilaksanakan berkat binaan Koperasi Koperasi Sabut Kelapa-Petani Minang Global (Kosapa-PMG), yang khusus memproduksi sabut kelapa untuk komiditi ekspor. Pelepasan ekspor perdana ke Tiongkok ini dilakukan di Nagari Ulakan, Pariaman Sumatera Barat, Senin, 31/01/2022. Acara pelepasan ekspor perdana sabuk kelapa dan serbuk kelapa sebanyak sebanyak
75 Ton cocofiber senilai US$ 22.500 (CNF Qintao port China) ke Tiongkok menjadi penanda bahwa UKM sektor pertanian ini bisa menjadi pengungkit ekonomi sekaligus peluang di masa pandemi.
Hadir pada acara ekspor perdana Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi, Gubernur Sumatera Barat H. Mahyeldi Ansharullah, Bupati Padang Pariaman S.P, Suharti Bur, S.E., M.M., Walikota Pariaman Genius Umar, Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok Djauhari Oratmangun. Lalu ada Direktur Jenderal Bina Pemerintah Desa Yusharto Huntoyungo, Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dirjen Perkebunan Deddy Junaidi, Koordinator kelompok Pasca Panen, Dirjen Perkebunan Unggul Ametung, serta para tokoh masyarakat setempat. Dalam sambutannya, Ketua Umum Kosapa-PMG, Efli Ramli menjelaskan, Produk sabut kelapa ini dapat diolah menjadi beraneka macam produk derivatif serta memiliki banyak manfaatnya, diantaranya sebagai bahan pengisi sofa, tempat duduk, jok mobil serta media tana. Bahan baku sabut kelapa yang selama ini melimpah di Sumatera Barat, tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja atau dibakar. Melalui Kosapa-PMG ini, sabut dan serbuk kelapa diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual ekspor yang tinggi. “Selama ini sabut kelapa yang ada di Pariaman terbuang begitu saja, kini dengan adanya Kosapa-PMG diolah sehiangga menjadi satu komoditi ekspor. Mudah-mudahan ekspor sabut kelapa ini dapat memberi kemajuan ekonomi daerah, khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja,” kata Efli Ramli, dalam keterangan tertulisnya, kemarin. Saat ini, lanjut Efli Ramli, mengatakan Indonesia hanya mampu mengekspor 3 persen dari kebutuhan cocofiber dan cocofeat dunia. Sisanya sebesar 97 persen dipasok dari India dan Srilangka. Sementara permintaan ekspor dari China mencapai 3000 kontainer pertahun, Eropa 200 kontainer pertahun. Selain ekspor, serabut kelapa ini juga untuk memenuhi kebutuhan lokal RAPP, Perusahaan HTI untuk pembibitan kayu kertas. “Peluangnya sangat besar, untuk itu Kosapa-PMG berharap Sumatera Barat bisa mengambil kesempatan ini, menjadikan sampai jadi dollar,” kata Efli Ramli Untuk menjawab kebutuhan ekspor tersebut, Kosapa-PMG telah membangun pabrik pengolahan sabut kelapa yang berlokasi di Nagari Ulakan, Pariaman Sumatera Barat. Pabrik yang dibangun diatas lahan seluas 120 m2 x100 m2, dengan nilai investasi sebesar Rp 550 juta. “hingga saat ini, pabrik Kosapa-PMG telah berhasil memproduksi dengan kapasitas produksi cocofiber 50 ton per bulan dan Cocopeat 100 ton per bulan,”papar Efli. Pembangunan pabrik pengolahan sabut kelapa Kosapa di Pariaman dinilai sangat membantu perkembangan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dengan skala UMKM saja, sejumlah warga yang terlibat didalamnya mencapai 80 orang sd 125 orang. Mulai dari pengumpul sabut, mengantarkan ke pabrik dan pekerja di pabrik. “Diharapkan bisa terjadi
multy flier efect terhadap pendapatan masyarakat serta pemasukan negara, baik dari devisa ekspor serta pajak yang saat ini dibutuhkan dalam memulihkan ekonomi. Kedepan, Kosapa juga akan mengembangkan 1.000 pabrik sabut kelapa di sejumlah sentra kebun kelapa di Pulau lain seperti Jawa, Sulawesi dan lain-lain,”ujarnya. Target kedepan Kosapa-PMG harus mampu memanfaatkan peluang areal kelapa seluas 87.000 hektar lebih yang ada di Sumatera Barat dengan nilai devisa nya Rp 552.000.000.000 lebih, tutup Efli Ramli. Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur, SE. MM melakukan launching pelepasan ekspor perdana serabut kelapa produksi Koperasi Serabut Kelapa (KOSAPA) Petani Minang Global (PMG) ke negara Tiongkok sebanyak 70 ton, pada Senin (31/1) bertempat di pabrik serabut kelapa Korong Gantiang Tangah Padang nagari Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakih. Bupati mengatakan sabut kelapa sangat besar potensinya dan menjadi komoditas unggulan, karena hampir terdapat di seluruh Indonesia. Untuk itu, dia berterima kasih kepada KOSAPA PMG yang telah membantu pergerakan ekonomi dan membuka lapangan kerja di nagari Ulakan. Tentunya hal ini, secara bertahap akan dapat mengangkat tingkat perekonomian Kabupaten Padang Pariaman secara keseluruhan. "Atas nama Pemerintah Daerah dan masyarakat, saya mengucapkan selamat atas pelepasan ekspor perdana serabut kelapa ke Republik Tiongkok dan terima kasih kepada KOSAPA PMG yang telah berinvestasi di Nagari Ulakan Kabupaten Padang Pariaman. Semoga upaya yang telah dilakukan, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menyerap tenaga kerja dari anak Nagari setempat," ujar Suhatri Bur.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Nazwir mewakili Gubernur Sumatera Barat mengatakan komoditas kelapa di Provinsi Sumatra Barat memiliki nilai ekspor yang cukup menjanjikan. Berbagai produk telah diekspor, baik dari bentuk santan maupun dalam bentuk olahan air kelapa serta serabut kelapa yang bernilai tinggi. Melihat potensi itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi melalui Kadis Koperasi dan UKM menyerukan masyarakat yang memiliki lahan untuk menanam kelapa varietas unggul. Karena, kelapa memiliki prospek yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah penghasil komoditas kelapa terbesar dan terbaik di Sumatera Barat. Karena itu, tidak ada salahnya potensi ini diunggulkan dan kita jadikan primadona untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Padang Pariaman dan Sumatera Barat secara umum," ungkap Nazwir. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini