Ekspor ke Iran butuh uluran tangan bankir



JAKARTA. Indonesia berupaya meningkatkan nilai ekspor produk industri ke Iran. Namun, langkah ini perlu didukung kerja sama bilateral di sektor perbankan agar dapat memfasilitasi transaksi pengusaha kedua negara.  Sebelumnya, mekanisme pembayaran harus dilakukan melalui perbankan di negara ketiga seperti Uni Emirat Arab, Turki, atau Malaysia.

“Kendala utama adalah mekanisme transaksi pembayaran. Untuk itu, diharapkan perbankan nasional seperti BI dan OJK menjalin kerja sama dengan perbankan Iran dalam memberikan fasilitas finansial sehingga produk industri kita bisa lebih banyak masuk ke sana,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Iran Octavino Alimudin di Jakarta, Jumat (10/3).

Menperin juga berharap Iran menjadi hub untuk memasuki pasar Asia Tengah dan Timur Tengah. Selama ini, produk Indonesia yang diekspor ke Iran berupa karet alam, minyak sawit, kertas, ban, dan produk kimia. Sebaliknya, produk Iran yang dibutuhkan di Indonesia, antara lain baja, petrokimia, mineral, dan bahan mentah untuk serat sintetis.


Kemenperin mencatat, beberapa perusahaan nasional yang tengah berminat untuk menjajaki peluang ekspor ke Iran, diantaranya Sinar Mas Group dengan komoditas bubur kertas dan kertas, tisu serta minyak sawit. Kemudian, Tri Mega Baterindo dengan produknya aki mobil dan Kreasindo Resources akan mengirim karet alam.

Sementara itu, Dubes Octavino mengatakan, peluang peningkatan ekspor Indonesia ke Iran mulai dibicarakan lagi setelah adanya Sidang Komisi Bersama ke-12 Indonesia-Iran pada November 2016, kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo ke Iran pada Desember 2016, dan kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ke Iran pada Februari 2017.

“Di dalam pertemuan-pertemuan tersebut juga termasuk dibahas peningkatan ekspor Indonesia ke Iran di sektor industri. Sehingga saya berkonsultasi dengan Bapak Menteri Airlangga untuk mengambil langkah-langkah agar bisa memperluas akses pasar produk kita ke Iran,” paparnya.

Menurut Octavino, pada tahun 2016 terjadi peningkatan transaksi perdagangan kedua negara sekitar US$ 330 juta atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 270 juta. “Kita mengalami surplus, dan capaian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar produk Indonesia yang masuk ke Iran,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin Abdul Rochim menyampaikan, dalam pertemuan Menperin Airlangga dan Dubes Octavino, juga dibahas rencana partisipasi Indonesia pada pameran Iran Agrofood “International Agriculture Trade Fair” di Teheran pada Mei 2017. “Pameran ini dapat menjadi ajang showcase bagi produk unggulan industri hasil pertanian termasuk juga teknologi pertanian dari Indonesia,” ujarnya.

Rochim menambahkan, saat ini kedua pihak masih merundingkan mengenai isu tarif, modalitas, dan aturan asal barang) dalam skema Preferrential Trade Agreement (PTA). Diharapkan, penyelesaian PTA ini nantinya dapat memperbaiki daya saing produk unggulan Indonesia seperti CPO, kopi, karet, tekstil, dan kertas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto