Ekspor komoditas pertanian ke Jepang lesu



JAKARTA. Kinerja ekspor beberapa komoditas pertanian ke Jepang sepanjang bulan Mei kemarin tampak lesu. Ambil contoh ekspor karet. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor karet sepanjang Mei kemarin hanya 32.913 ton. Volume ini turun 10,17% dibandingkan April yang sebanyak 36.641 ton.

Penurunan ini tidak hanya terjadi dari sisi volume, melainkan juga dari sisi nilai. Sepanjang Mei, nilai ekspor karet ke Jepang hanya mencapai US$ 160, 27 juta, atau turun 13,9% dari bulan April yang sebesar US$ 186,23 juta.

Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menuturkan, penurunan ini disebabkan oleh tren harga minyak dunia yang terus turun. "Hal ini turut membuat harga karet di bursa internasional ikut turun," ujar Suharto kepada KONTAN, Senin (11/7). Imbasnya, eksportir berupaya menahan pengiriman sampai harga kembali bagus.


Azis Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia menambahkan, penurunan juga disebabkan oleh dampak tsunami Jepang yang belum sepenuhnya pulih. Ini menyebabkan industri otomotif di Jeoang yang selama ini menjadi konsumen terbesar karet dunia belum menyerap karet secara optimal. Maka tak heran bila, "Konsumsi karet dari Indonesia ikut menurun," jelas Azis. Informasi saja, impor karet Jepang dari Indonesia mencapai rata-rata 248.000 ton per tahun.

Kinerja ekspor yang kurang menggembirakan juga terjadi pada komoditas kopi. BPS mencatat, volume ekspor kopi ke Jepang sepanjang Mei mencapai 6.147 ton. Volume ini hanya naik tipis dibandingkan April yang sebanyak 6.140 ton. Nilai ekspor kopi bahkan menurun dari US$ 16,70 juta di bulan April menjadi US$ 16,46 juta pada bulan Mei.

Rachim Kartabrata, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menuturkan, kinerja yang kurang menggembirakan itu disebabkan kebijakan Jepang yang memperketat kandungan kimia dalam kopi impor. Akibatnya, kopi yang mengandung zat kimia berlebih akan ditolak dan dikembalikan ke negara asal. "Aturan ini membuat kita harus meningkatkan kualitas kopi yang akan diekspor ke sana," jelasnya.

Ke depannyna, Rachim mengaku pesimistis kinerja ekspor kopi ke Negeri Sakura akan membaik. Pasalnya, produksi kopi di Indonesia pun sedang menurun akibat cuaca buruk. "Persediaan kopi terus menipis sehingga ekspor ke Jepang menjadi sulit, " keluh Rachim. Sebagai informasi, Jepang selama ini merupakan pasar utama kopi Indonesia menyusul berikutnya Amerika Serikat dan Eropa.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag), Deddy Saleh mengakui, ekspor komoditas pertanian ke Jepang memang belum normal akibat dampak tsunami. Pun begitu, Deddy memastikan konsumsi komoditas pertanian di sana akan menanjak sehingga peluang Indonesia menggenjot ekspor terbuka lebar. "Kemungkinan akhir tahun baru kembali normal," tandas Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test