BANGALORE. Ekspor kopi India diprediksi bakal anjlok hingga 15%. Hal tersebut terjadi sebagai imbas krisis Uni Eropa dan penurunan persediaan. Presiden Asosiasi Eksportir Kopi India Ramesh Rajah menuturkan, persediaan cadangan domestik melorot setelah eksportir meningkatkan pengiriman ekspor pada Desember lalu. Hal itu dilakukan demi mengejar keuntungan akibat penurunan mata uang rupee. Penurunan ekspor kopi asal India itu dikontribusi perdagangan kopi robusta di Bursa Berjangka London yang merosot 32% sejak meraih posisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir sebesar US$ 2.672 per ton pada 18 Maret 2011. Di saat yang sama, penurunan permintaan dan peningkatan suplai dunia memacu kemerosotan tajam pada perdagangan kopi Arabica sebesar 5,7% pada 2011. "Kondisi ekonomi Eropa tidak terlihat bagus. Italia contohnya, pembeli terbesar kami, sedang bermasalah. Yunani juga mengalami masalah sama," ungkap Ramesh, seperti dilansir Bloomberg, Senin (2/1). Sekitar 70% ekspor kopi India dikirim menuju Eropa. Lantaran adanya prediksi penurunan pertumbuhan ekonomi di regional euro menjadi 0,2% dari sebelumnya sebesar 1,6% tahun lalu, otomatis ekspor kopi India berdampak. "Tidak ada pembeli yang mau membawa persediaan. Semua memilih menunggu," ujarnya. Kelebihan permintaan Musim ini, berdasarkan data yang dirilis Macquarie Group Ltd., produksi kopi Robusta akan melebihi permintaan sekitar 2,5 juta kantong. Eksportir di Vietnam bahkan mengalihkan biji kopi untuk kebutuhan minuman kopi instan dan espresso. Pengalihan konsumsi itu naik 9% menjadi 21,25 juta kantong untuk timbangan 60 kilogram (kg) musim ini. Untuk kopi Arabica pengiriman Maret 2012 harga naik 1,2% menjadi US$ 2.685 per pound pada perdagangan ICE Futures di New York tertanggal 30 Desember 2011. Sementara kopi Robusta untuk pengiriman Maret 2o12 naik 0,2% menjadi US$ 1.810 per ton pada NYSE Life London tertanggal 30 Desember 2011. Tahun lalu, ekspor kopi Arabica India meningkat 6,9% menjadi 54.103 ton. Sementara ekspor kopi Robusta naik 24,6% menjadi 193.175 ton. Ekspor itu setara dengan US$ 1,05 miliar. Angka itu meningkat dari realisasi sebelumnya sebesar US$ 634 juta. Dari hasil produksi, India menghasilkan 320.000 ton pada musim panen tahunan. Angka itu lebih rendah ketimbang estimasi pemerintah sebesar 322.250 ton. Namun, Dewan Kopi India justru menyebut produksi kopi hanya tercatat 302.000 ton tahun lalu. "Musim panen kopi tampaknya hanya sedikit, baru akan meningkat sekitar Januari-Februari," kata Ramesh. Kondisi ketidakstabilan musim, hujan misalnya, mempengaruhi ketepatan musim panen. Persediaan tahun ini bahkan, menurutnya, bisa diabaikan apabila dibandingkan dengan stok tahun lalu yang terpakai sebesar 40.000 ton.
Ekspor kopi asal India diprediksi turun 15%
BANGALORE. Ekspor kopi India diprediksi bakal anjlok hingga 15%. Hal tersebut terjadi sebagai imbas krisis Uni Eropa dan penurunan persediaan. Presiden Asosiasi Eksportir Kopi India Ramesh Rajah menuturkan, persediaan cadangan domestik melorot setelah eksportir meningkatkan pengiriman ekspor pada Desember lalu. Hal itu dilakukan demi mengejar keuntungan akibat penurunan mata uang rupee. Penurunan ekspor kopi asal India itu dikontribusi perdagangan kopi robusta di Bursa Berjangka London yang merosot 32% sejak meraih posisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir sebesar US$ 2.672 per ton pada 18 Maret 2011. Di saat yang sama, penurunan permintaan dan peningkatan suplai dunia memacu kemerosotan tajam pada perdagangan kopi Arabica sebesar 5,7% pada 2011. "Kondisi ekonomi Eropa tidak terlihat bagus. Italia contohnya, pembeli terbesar kami, sedang bermasalah. Yunani juga mengalami masalah sama," ungkap Ramesh, seperti dilansir Bloomberg, Senin (2/1). Sekitar 70% ekspor kopi India dikirim menuju Eropa. Lantaran adanya prediksi penurunan pertumbuhan ekonomi di regional euro menjadi 0,2% dari sebelumnya sebesar 1,6% tahun lalu, otomatis ekspor kopi India berdampak. "Tidak ada pembeli yang mau membawa persediaan. Semua memilih menunggu," ujarnya. Kelebihan permintaan Musim ini, berdasarkan data yang dirilis Macquarie Group Ltd., produksi kopi Robusta akan melebihi permintaan sekitar 2,5 juta kantong. Eksportir di Vietnam bahkan mengalihkan biji kopi untuk kebutuhan minuman kopi instan dan espresso. Pengalihan konsumsi itu naik 9% menjadi 21,25 juta kantong untuk timbangan 60 kilogram (kg) musim ini. Untuk kopi Arabica pengiriman Maret 2012 harga naik 1,2% menjadi US$ 2.685 per pound pada perdagangan ICE Futures di New York tertanggal 30 Desember 2011. Sementara kopi Robusta untuk pengiriman Maret 2o12 naik 0,2% menjadi US$ 1.810 per ton pada NYSE Life London tertanggal 30 Desember 2011. Tahun lalu, ekspor kopi Arabica India meningkat 6,9% menjadi 54.103 ton. Sementara ekspor kopi Robusta naik 24,6% menjadi 193.175 ton. Ekspor itu setara dengan US$ 1,05 miliar. Angka itu meningkat dari realisasi sebelumnya sebesar US$ 634 juta. Dari hasil produksi, India menghasilkan 320.000 ton pada musim panen tahunan. Angka itu lebih rendah ketimbang estimasi pemerintah sebesar 322.250 ton. Namun, Dewan Kopi India justru menyebut produksi kopi hanya tercatat 302.000 ton tahun lalu. "Musim panen kopi tampaknya hanya sedikit, baru akan meningkat sekitar Januari-Februari," kata Ramesh. Kondisi ketidakstabilan musim, hujan misalnya, mempengaruhi ketepatan musim panen. Persediaan tahun ini bahkan, menurutnya, bisa diabaikan apabila dibandingkan dengan stok tahun lalu yang terpakai sebesar 40.000 ton.