JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, China merupakan salah satu negara potensial untuk tujuan ekspor. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 1,34 miliar orang dengan pertumbuhan mencapai 0,66% setiap tahunnya menjadikan negeri tirai bambu tersebut sebagai salah satu negara yang masuk dalam bidikan ekspor Indonesia khususnya kopi. Mengutip data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), tingkat konsumsi kopi masyarakat China rata-rata hanya sekitar 0,02 kilogram (kg)/kapita/tahun. Namun, jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk, dan bergesernya gaya hidup. Masih sedikitnya pola konsumsi kopi itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen kopi untuk masuk. Sekedar catatan, tahun 2009 lalu total konsumsi kopi di China hanya sekitar 31.000 ton. Dari jumlah tersebut, hanya 366 ton berupa fresh kopi, sedangkan mayoritas berupa kopi instan atau olahan. Namun sayang, dengan potensi pasar ekspor ke China tersebut produk kopi Indonesia masih kalah bersaing dengan Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), lima tahun lalu impor produk kopi China asal Vietnam mencapai 17.131 ton dengan nilai US$ 27,51 juta. Sedangkan dari Indonesia sebanyak 1.228 ton dengan nilai US$ 2,1 juta. Jenis kopi yang diimpor oleh China bervariasi, antara lain Coffee not Roasted Decaffeinate dengan kode HS 0901.12, Coffee not Roasted or not Decaffeinate ber kode HS 0901.11 dan Reasted coffee not decaffeinate dengan HS 0901.21. Pada tahun 2012, impor kopi China untuk jenis Coffee not Roasted or not Decaffeinate ber kode HS 0901.11 didominasi oleh Vietnam sebanyak 39.500 ton dengan pangsa pasar 73,5%. Sementara untuk impor Coffee not Roasted or not Decaffeinate volumenya sebanyak 49.100 ton. Dari jumlah tersebut, pangsa pasar impor asal Indonesia hanya sekitar 949 kg. Emilia Harahap Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementan mengatakan, ekspor biji kopi yang masuk ke China masih terdapat diskriminasi karena untuk kopi yang masih berbentuk biji terkena bea masuk (BM) sebesar 15%. "Peluang pasar besar, tetapi terkendala oleh tarif," ujar Emilia, beberapa waktu lalu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor kopi Indonesia ke China terkendala tarif
JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, China merupakan salah satu negara potensial untuk tujuan ekspor. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 1,34 miliar orang dengan pertumbuhan mencapai 0,66% setiap tahunnya menjadikan negeri tirai bambu tersebut sebagai salah satu negara yang masuk dalam bidikan ekspor Indonesia khususnya kopi. Mengutip data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), tingkat konsumsi kopi masyarakat China rata-rata hanya sekitar 0,02 kilogram (kg)/kapita/tahun. Namun, jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk, dan bergesernya gaya hidup. Masih sedikitnya pola konsumsi kopi itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen kopi untuk masuk. Sekedar catatan, tahun 2009 lalu total konsumsi kopi di China hanya sekitar 31.000 ton. Dari jumlah tersebut, hanya 366 ton berupa fresh kopi, sedangkan mayoritas berupa kopi instan atau olahan. Namun sayang, dengan potensi pasar ekspor ke China tersebut produk kopi Indonesia masih kalah bersaing dengan Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), lima tahun lalu impor produk kopi China asal Vietnam mencapai 17.131 ton dengan nilai US$ 27,51 juta. Sedangkan dari Indonesia sebanyak 1.228 ton dengan nilai US$ 2,1 juta. Jenis kopi yang diimpor oleh China bervariasi, antara lain Coffee not Roasted Decaffeinate dengan kode HS 0901.12, Coffee not Roasted or not Decaffeinate ber kode HS 0901.11 dan Reasted coffee not decaffeinate dengan HS 0901.21. Pada tahun 2012, impor kopi China untuk jenis Coffee not Roasted or not Decaffeinate ber kode HS 0901.11 didominasi oleh Vietnam sebanyak 39.500 ton dengan pangsa pasar 73,5%. Sementara untuk impor Coffee not Roasted or not Decaffeinate volumenya sebanyak 49.100 ton. Dari jumlah tersebut, pangsa pasar impor asal Indonesia hanya sekitar 949 kg. Emilia Harahap Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementan mengatakan, ekspor biji kopi yang masuk ke China masih terdapat diskriminasi karena untuk kopi yang masih berbentuk biji terkena bea masuk (BM) sebesar 15%. "Peluang pasar besar, tetapi terkendala oleh tarif," ujar Emilia, beberapa waktu lalu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News