JAKARTA. Rencana pemerintah menggenjot ekspor komoditas kopi olahan ke Afrika Selatan (Afsel) terganjal pengenaan bea masuk (BM) yang tinggi. Sampai saat ini negara tersebut masih mengenakan bea masuk produk kopi jadi sebesar 20-30%. Namun sepertinya pemerintah tak kekurangan akal. Gusmardi Bustami, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan mengatakan, untuk menyiasati BM yang sangat tinggi, pemerintah akan mendorong kerjasama produsen kopi Indonesia dengan perusahaan Afsel. "Perlu kerja sama pengemasan atau pencampuran," katanya, Senin (30/4). Menurut Gusmardi, dengan kerjasama itu maka eksportir kopi Indonesia hanya perlu mengirim produk kopi setengah jadi. Sedangkan, pengemasan dan pencampuran kopi menjadi siap seduh akan diserahkan ke pengusaha mitra Afrika Selatan. Dia yakin upayanya ini akan berhasil sebab kopi Indonesia masih sangat dibutuhkan terutama untuk campuran produk kopi lokal.
Ekspor kopi ke Afsel dihadang Bea Masuk
JAKARTA. Rencana pemerintah menggenjot ekspor komoditas kopi olahan ke Afrika Selatan (Afsel) terganjal pengenaan bea masuk (BM) yang tinggi. Sampai saat ini negara tersebut masih mengenakan bea masuk produk kopi jadi sebesar 20-30%. Namun sepertinya pemerintah tak kekurangan akal. Gusmardi Bustami, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan mengatakan, untuk menyiasati BM yang sangat tinggi, pemerintah akan mendorong kerjasama produsen kopi Indonesia dengan perusahaan Afsel. "Perlu kerja sama pengemasan atau pencampuran," katanya, Senin (30/4). Menurut Gusmardi, dengan kerjasama itu maka eksportir kopi Indonesia hanya perlu mengirim produk kopi setengah jadi. Sedangkan, pengemasan dan pencampuran kopi menjadi siap seduh akan diserahkan ke pengusaha mitra Afrika Selatan. Dia yakin upayanya ini akan berhasil sebab kopi Indonesia masih sangat dibutuhkan terutama untuk campuran produk kopi lokal.