Ekspor kopi Lampung Januari lalu turun drastis



BANDARLAMPUNG. Volume ekspor biji kopi Lampung kian terpuruk. Januari lalu, Lampung hanya mengapalkan 8.418 ton biji kopi, dan mengantongi devisa US$ 14 juta. 

"Jumlah itu jauh menurun bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan volume 17.653 ton senilai US$ 36 juta," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Muchtar Lutfie di Bandarlampung, Rabu (10/2).

Dia mengatakan, stok biji kopi robusta petani tengah merosot. Apalagi, panen raya kopi di Lampung telah berakhir.


"Panen kopi biasanya terjadi pada pertengahan tahun, yakni Juni, Juli, dan Agustus. Kondisi cuaca juga dapat memengaruhi kuantitas maupun kualitas biji kopi," ujarnya.

Ia berharap, produksi kopi pada tahun ini lebih tinggi atau minimal sama seperti pada 2015. Panen kopi pada tahun ini diperkirakan naik bila kondisi cuaca tak terlalu ekstrem.

Muchtar mengatakan, berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, pada 2015 ekspor biji kopi tertinggi terjadi pada Agustus yang mencapai 40.358 ton atau senilai US$ 70,6 juta.

Sementara pasokan menurun, pengekspor juga kerap membeli biji kopi dari petani Bengkulu dan Sumatera Selatan. Mereka biasanya mengekspor hasil kopi robusta lewat Pelabuhan Panjang, Bandarlampung.

"Pengekspor kopi Lampung juga banyak membeli biji kopi dari dua provinsi tersebut," katanya.

Achmad (50), petani kopi asal Kabupaten Lampung Barat mengatakan, panen kopi diperkirakan sekitar Juli hingga Agustus. Dia tidak bisa memastikan produksi biji kopi naik atau turun mengingat hujan baru turun pada Desember 2015. Dia berharap, cuaca tidak terlalu ekstrem seperti curah hujan tinggi.

"Musim hujan tahun ini diharapkan tidak terlalu ekstrem yang akan berakibat pada rontoknya putik atau bunga bakal buah biji kopi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia