Ekspor Korsel babak belur akibat krisis Eropa



SEOUL. Perekonomian Korea Selatan (Korsel) melambat seiring kinerja ekspor yang melemah pada kuartal kedua tahun ini. Pelemahan kinerja ekspor akibat krisis utang Uni Eropa yang mempengaruhi jumlah investasi di Korea Selatan.

Perlu diketahui, Gross Domestic Product (GDP) periode April-Juni turun ke angka 0,4%, sementara periode sebelumnya GDP mencapai 0,9%. Bahkan tahun lalu, GDP Korsel mencapai 2,4% pada periode yang sama.

Data GDP inilah yang membuat bank sentral Korsel menurunkan suku bunga awal bulan ini. Bank of Korea secara mengejutkan menurunkan suku bunga ke 3% dari 3,25%, ini merupakan penurunan suku bunga pertama dalam 3 tahun terakhir.


Menurut para analis, bank sentral Korsel menurunkan biaya pinjaman dalam beberapa bulan mendatang. “Jika tingkat pertumbuhan sampai serendah ini, artinya ini benar-benar serius,” ujar Yum Sang-Hoon dari SK Securities. “Melihat kondisi tersebut, rasanya bank sentral akan menurunkan suku bunga pada September atau Oktober nanti,” tambah Yum.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-4 di Asia, Korea Selatan sangat bergantung pada kinerja ekspor. Namun, krisis utang Uni-Eropa membuat ekspor Korsel melemah.

Berdasarkan laporan Bank of Korea, sektor ekspor melayang 0,6% pada kuartal II. Analis mengatakan, situasi ekonomi global yang masih labil berimbas pada lamanya pemulihan ekonomi Korsel. "Ini bukan hanya masalah Korea Selatan. Jadi, sulit untuk memperkirakan kapan semuanya bisa pulih,” jelas Yum.

Di saat yang sama, para pembuat kebijakan kesulitan menemukan cara meningkatkan konsumsi domestik agar dapat mengimbangi penjualan asing. Konsumsi domestik hanya naik 0,3% pada periode tertentu.

Editor: Asnil Amri