Ekspor kuat, ekonomi China mulai bergeliat



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Mendekati pengujung tahun 2017, ekonomi China kian menggeliat. Hal itu tecermin dari pertumbuhan ekspor Negeri Tembok Besar per November 2017 yang jauh di atas prediksi para analis sebelumnya.

Berdasarkan laporan Badan Administrasi Umum Bea Cukai atau The General Administration of Customs China, seperti diberitakan Bloomberg, Jumat (8/12), nilai ekspor China per November tumbuh 12,3% dari periode sama tahun 2016. Bandingkan dengan rata-rata proyeksi pertumbuhan ekspor analis hasil survei Bloomberg yang hanya sebesar 5,3%.

Sementara nilai impor China pada periode yang sama juga naik 17,7%, lebih tinggi dari prediksi analis sebesar 11,3%.


Namun kenaikan impor yang lebih tinggi dari ekspektasi awal tersebut, tidak menghalangi surplus perdagangan China yang kian bertambah tambun yakni mencapai US$ 40,2 miliar.

Yao Shaohua, ekonom ABCI Securities yang bermarkas di Hong Kong menyatakan, perbaikan kondisi ekonomi global membawa hasil positif bagi China.

"Perekonomian global yang kuat, baik negara maju maupun berkembang, telah mengangkat ekspor China," tutur Yao Shaohua, seperti dikutip Bloomberg.

Dia menyebut, permintaan terhadap produk China masih tinggi, karena kerjasama dengan mitra dagang terus terjalin dengan baik. Sementara permintaan impor dinilai Yao Shaohua tetap stabil.

Betty Wang, ekonom senior Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Hong Kong menambahkan, ekspor China banyak terbantu oleh permintaan global terhadap produk teknologi China.

"Keberadaan perusahaan China dalam rantai pasokan global dan prospek bisnis teknologi yang solid, menjadi modal berharga pada tahun depan," kata Betty.

Pertumbuhan ekonomi China juga ditandai dengan kenaikan impor bahan bakar. Salah satunya tergambar dari impor gas alam yang melesat menjadi 6,55 juta ton, dan menorehkan rekor baru. Pemerintah China memang mendorong penggunaan bahan bakar gas, guna menciptakan lingkungan yang lebih bersih.

Selain itu, Pemerintah China juga memutuskan memangkas tarif impor. Tujuan langkah itu yakni guna mendorong konsumsi dalam negeri.

Langkah proteksi AS

Namun kinerja ekspor yang cukup signifikan sampai akhir tahun 2017, menurut beberapa analis, kemungkinan tidak akan berlangsung lama. Mengingat masih terdapat gesekan dengan Amerika Serikat (AS). Apalagi tim administrasi Presiden AS Donald Trump kembali mengingatkan China agar mematuhi norma-norma perdagangan global.

"Perolehan pertumbuhan ekspor dua digit di November 2017 sangat mencolok. Potongan pajak dan proteksi yang dilakukan AS, kemungkinan akan mengurangi laju pertumbuhan ekspor China," terang Tom Orlik dan Fielding Chen, dari Bloomberg Economics dalam sebuah laporannya.

Editor: Dessy Rosalina