Ekspor lada terkendala kualitas yang rendah



JAKARTA. Ekspor lada dalam negeri masih terpuruk. Nilai ekspor lada periode Januari sampai Mei 2016 sebesar US$ 113,72 juta. Angka ini turun sekitar 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang sebesar US$ 116,02 juta.

Padahal permintaan pasar luar negeri akan lada terus meningkat. S. Kris, eksportir dari PT Supa Surya Niaga mengaku permintaan ekspor sejatinya meningkat tetapi perusahaan susah memenuhi lantaran sulitnya mencari barang yang berkualitas. Banyak lada dari petani masih banyak tercampur dengan parasit.

Selain itu kualitasnya menurun akibat cuaca buruk. Selain itu, Kris menjelaskan bila masih banyak petani lada Kalimantan yang menjual hasil panennya ke Malaysia. Sehingga barang menjadi langka di dalam negeri.


Lukito, petani lada asal Lampung Timur mengaku, hasil panen ladanya menurun akibat kemarau berkepanjangan yang terjadi tahun lalu. Diprediksikan hasil panennya saat ini hanya sekitar 4 ton-5 ton, menurun dari hasil panen di 2015 yang bisa mencapai 9 ton per tahun. "Kemarau panjang lalu membuat batang tanaman rusak," katanya.

Imam Pambagio, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional mengaku, potensi lada masih bagus hanya saja belum mendapatkan perhatian penuh pemerintah. "Pasar dunia sebenarnya masih lebih besar permintaannya daripada pasokannya," katanya.

Beberapa negara pengimpor lada diantaranya seperti Canada, Meksiko, Asia Timur, dan Eropa. Sedangkan potensi negara lain yang membutuhkan lada adalah Afrika dan Asia Tengah. Maka, untuk dapat memperluas pasar di luar negeri, pemerintah bakal terus meningkatkan kualitas lada lokal. 

Sekadar informasi, ada empat daerah potensi ekspor lada indonesia yaitu Lampung sebesar US$ 291,62 juta, DKI Jakarta US$ 148,86 juta, Kepulauan Bangka Belitung US$ 56,37 juta, dan Jawa Timur US$ 23,98 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini