JAKARTA. Pengusaha mulai menghitung pesanan yang menguap dari pasar domestik maupun ekspor. Dari tiga sektor industri saja, yakni pulp dan kertas, keramik, tekstil dan produk tekstil (TPT), nilai pesanan yang hilang minimal US$ 4,1 miliar hingga akhir 2009. Di industri pulp dan kertas, pesanan yang hilang sebesar US$ 1 miliar, industri keramik mencapai US$ 150 juta, dan TPT sebesar US$ 3 miliar. Tiap industri memiliki faktor berbeda, meski pada dasarnya penyebab hilangnya pesanan adalah daya beli yang melemah, baik di pasar ekspor maupun domestik. ”Di sektor pulp dan kertas puncak penurunan pesanan terjadi pada kuartal kedua,” kata Ketua Asosiasi Produsen Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Muhammad Mansyur, Selasa (13/1). Berdasarkan perkiraan APKI, harga kertas di kuartal kedua 2009 bakal lebih anjlok dari sekarang. Saat ini, harga pulp serat panjang dan pendek di pasar internasional jatuh ke titik terendah jadi US$ 400 – US$ 450 per ton. Akibatnya, pengusaha memperkirakan nilai ekspor akal terpangkas US$ 1 miliar jadi sekitar US$ 3,5 miliar di 2009. Imbas lainnya, pengusaha terpaksa menurunkan produksi 40% dari rata-rata 5 juta ton menjadi 3 juta ton per tahun. Saat ini, total kapasitas produksi industri ini 7,9 juta ton per tahun. Kondisi di industri keramik tak jauh beda. Produsen tak bisa mengandalkan lagi pesanan keramik dari negara-negara besar seperti Eropa dan Amerika Serikat. Ini terlihat dari kinerja ekspor 20 perusahaan keramik, seperti PT AIA, PT Asia Tile, PT Diamond, PT Lucky Keramik, PT Mulia Keramik, dan PT Roman Ceramics, yang terus turun. “Situasi yang memburuk menyebabkan proyeksi ekspor akan terpangkas lebih dari 50%, dari sekitar US$ 300 juta menjadi US$ 150 juta,” ujar Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia Achmad Widjaya. Pengusaha TPT juga merasa kondisi semakin sulit. Mereka menghitung total pesanan yang hilang di industri hulu – hilir tekstil US$ 3 miliar. “Bila tak ada langkah cepat dari pemerintah, jumlahnya lebih besar lagi,” kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor Lenyap, Pendapatan Menguap
JAKARTA. Pengusaha mulai menghitung pesanan yang menguap dari pasar domestik maupun ekspor. Dari tiga sektor industri saja, yakni pulp dan kertas, keramik, tekstil dan produk tekstil (TPT), nilai pesanan yang hilang minimal US$ 4,1 miliar hingga akhir 2009. Di industri pulp dan kertas, pesanan yang hilang sebesar US$ 1 miliar, industri keramik mencapai US$ 150 juta, dan TPT sebesar US$ 3 miliar. Tiap industri memiliki faktor berbeda, meski pada dasarnya penyebab hilangnya pesanan adalah daya beli yang melemah, baik di pasar ekspor maupun domestik. ”Di sektor pulp dan kertas puncak penurunan pesanan terjadi pada kuartal kedua,” kata Ketua Asosiasi Produsen Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Muhammad Mansyur, Selasa (13/1). Berdasarkan perkiraan APKI, harga kertas di kuartal kedua 2009 bakal lebih anjlok dari sekarang. Saat ini, harga pulp serat panjang dan pendek di pasar internasional jatuh ke titik terendah jadi US$ 400 – US$ 450 per ton. Akibatnya, pengusaha memperkirakan nilai ekspor akal terpangkas US$ 1 miliar jadi sekitar US$ 3,5 miliar di 2009. Imbas lainnya, pengusaha terpaksa menurunkan produksi 40% dari rata-rata 5 juta ton menjadi 3 juta ton per tahun. Saat ini, total kapasitas produksi industri ini 7,9 juta ton per tahun. Kondisi di industri keramik tak jauh beda. Produsen tak bisa mengandalkan lagi pesanan keramik dari negara-negara besar seperti Eropa dan Amerika Serikat. Ini terlihat dari kinerja ekspor 20 perusahaan keramik, seperti PT AIA, PT Asia Tile, PT Diamond, PT Lucky Keramik, PT Mulia Keramik, dan PT Roman Ceramics, yang terus turun. “Situasi yang memburuk menyebabkan proyeksi ekspor akan terpangkas lebih dari 50%, dari sekitar US$ 300 juta menjadi US$ 150 juta,” ujar Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia Achmad Widjaya. Pengusaha TPT juga merasa kondisi semakin sulit. Mereka menghitung total pesanan yang hilang di industri hulu – hilir tekstil US$ 3 miliar. “Bila tak ada langkah cepat dari pemerintah, jumlahnya lebih besar lagi,” kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News