Ekspor LNG dan Minyak Rusia ke Uni Eropa Terus Meningkat 9 Bulan Terakhir



KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Uni Eropa secara diam-diam telah mendanai mesin perang Vladimir Putin sebesar €6,1 miliar (£5,4 miliar) tahun ini melalui pembelian gas alam cair (LNG). 

Seperti diungkapkan oleh The Telegraph, meskipun berjanji untuk mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil Rusia, jumlah kapal kargo yang membawa LNG dari Rusia ke Eropa justru meningkat.

Uni Eropa telah membeli lebih dari setengah ekspor LNG Moskow, dengan Spanyol dan Prancis menjadi pembeli terbesar kedua dan ketiga setelah China.


Data perdagangan Eurostat yang diperoleh oleh The Telegraph menunjukkan bahwa Madrid telah membayar sebesar €1,8 miliar ke Moskow dalam sembilan bulan pertama tahun ini.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 4% Setelah Aksi Jual Seminggu, Turun 4 Pekan Beruntun

Pembeli terbesar kedua di Eropa adalah Prancis dengan pengiriman senilai €1,5 miliar dan telah tiba di pelabuhan-pelabuhannya. Sedangkan Belgia mengikuti sebagai negera ketiga dengan membeli LNG Rusia senilai €1,36 miliar.

Beberapa negara pendukung setia Ukraina di Eropa, termasuk Estonia dan Lituania, juga terus mengirim uang ke Moskow untuk pembelian LNG.

Penjualan gas ini diperkirakan akan menghasilkan pendapatan besar bagi Rusia pada saat negara-negara Uni Eropa berharap dapat menekan rezim Vladimir Putin dari dana yang dibutuhkan untuk berperang melawan Ukraina.

Pada Jumat, parlemen Rusia juga telah menyepakati untuk meningkatkan anggaran militer menjadi sepertiga dari total belanja negara, setara dengan 6 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Rusia.

Analisis sebelumnya terhadap impor LNG Rusia oleh Eropa menunjukkan peningkatan pembelian sebesar 40 persen dibandingkan dengan tahun 2021, sebelum Putin memerintahkan tentaranya untuk invasi ke Ukraina.

Hal ini terjadi meskipun Uni Eropa berencana mengakhiri penggunaan LNG terhadap bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027.

Sejak pecah perang, aliran gas melalui pipa dari Rusia ke Eropa telah mengalami penurunan ke level terendah dalam sejarah, dengan LNG digunakan untuk mengatasi kekurangan pasokan.

Uni Eropa telah memberlakukan sanksi terhadap pengiriman minyak mentah dan produk minyak Rusia, seperti solar.

Hal ini membuat negara-negara anggota Uni Eropa rentan terhadap keputusan Kremlin untuk memutus pasokan LNG, seperti yang dilakukan pada gas pipa tahun lalu.

Uni Eropa terhadap bahan bakar Rusia

Pada awal tahun ini, Kadri Simson, komisioner energi Uni Eropa, meminta agar blok tersebut mengurangi ketergantungan energinya kepada LNG Rusia.

Inggris Raya telah melarang impor pasokan gas Rusia sejak Desember tahun lalu, serta memblokir layanan terkait pengiriman.

Amerika Serikat juga berusaha untuk mengendalikan rencana Rusia menjadi eksportir LNG utama. Sementara Moskow berencana memproduksi 100 juta ton bahan bakar tersebut pada tahun 2030.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 4% Setelah Aksi Jual Seminggu, Turun 4 Pekan Beruntun

Spanyol dan Belgia mengklaim pembelian tinggi mereka kemungkinan hasil dari pedagang yang menyimpan LNG Rusia di fasilitas pelabuhan mereka.

Pada September, Menteri Energi Spanyol mengatakan tidak ada rencana untuk melarang LNG Rusia, meskipun impor dari blok tersebut malah meningkat pesat.

“Ada perasaan kelangkaan dan ketakutan,” ujar Teresa Ribera saat itu, merujuk pada kekhawatiran akan kekurangan energi.

Pelabuhan Belgia, Antwerp dan Zeebrugge, berfungsi sebagai pusat akses ke 18 pasar Eropa, termasuk Prancis dan Jerman. Menurut data pemerintah Belgia, hanya 2,8 persen gas yang dikonsumsi secara domestik.

Komisi Eropa, yang menghasilkan paket sanksi atas nama blok tersebut, mengatakan: “Keputusan sanksi UE sepenuhnya tergantung pada negara anggota yang memutuskan secara bulat.”

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 4% Pada Jumat (17/11), Namun Turun 1% Dalam Sepekan

Rusia Melarang Ekspor

Saat ini, Rusia tetap mempertahankan larangan ekspor bahan bakar diesel melalui jalur kereta api, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar Kommersant pada hari Sabtu. Keputusan Rusia ini, setelah kementerian energi mencabut pembatasan ekspor bensin sehari sebelumnya.

Rusia, sebagai negara eksportir minyak diesel terbesar di dunia, memperkenalkan larangan ekspor bahan bakar pada 21 September untuk mengatasi harga tinggi dan kelangkaan di dalam negeri. Hanya empat negara bekas Uni Soviet yang dikecualikan.

Kementerian energi mengatakan pada Jumat bahwa Rusia telah mencabut pembatasan ekspor bensin, dengan menyatakan kini mengalami surplus pasokan, sementara harga grosir telah mengalami penurunan.

Pada 6 Oktober, mereka telah mengurangi beberapa pembatasan dan memperbolehkan ekspor minyak diesel melalui pipa, tetapi bukan melalui jalan atau rel kereta api.

Kementerian energi tidak menyebutkan ekspor diesel melalui rel pada Jumat, tetapi Kommersant melaporkan bahwa ekspor semacam itu, yang menyumbang sebagian kecil dari total ekspor, masih akan dilarang.

Editor: Syamsul Azhar