JAKARTA. Komoditas minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) kembali menguat pada perdagangan Kamis (20/7). Analis menilai, penguatan harga ini disebabkan oleh kenaikan ekspor di Malaysia. Berdasar data Intertek Testing Service, kenaikan ekspor di Malaysia mencapai 10,5% di periode 1-20 Juli 2017 menjadi 796.664 ton dibandingkan periode yang sama bulan Juni sebanyak 721.020 ton. Selain itu, China sebagai salah satu negara pengimpor CPO juga menambah permintaan. Di bulan Agustus-September terjadi peningkatan permintaan pengiriman CPO menjadi 450.000 ton dibanding bulan Juli 250.000 ton.
Mengutip
Bloomberg, Kamis (20/7) pukul 15.39 WIB, harga CPO untuk pengiriman Oktober 2017 di Malaysia Derivative Exchange melambung 1,19% ke level RM 2.555 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, meski harga fluktuatif, minyak sawit tetap terapresiasi 0,51%. Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menyebutkan, selain ditopang oleh ekspor Malaysia, harga minyak sawit ini juga terkerek kenaikan harga minyak kedelai sebagai komoditas pengganti. Pada penutupan perdagangan Rabu (19/7), harga minyak kedelai untuk pengiriman Desember 2017 di Chicago Board of Trade naik 0,9%. Naiknya harga minyak kedelai sebagai kompetitor CPO telah mendorong kenaikan permintaan. “Cuaca yang hangat dan kering di Amerika Serikat membuat pelaku pasar memperkirakan produksi akan terganggu, dan mendorong kenaikan harga minyak kedelai,” jelas Putu kepada KONTAN, hari ini. Menurut Putu juga, pelemahan mata uang ringgit juga menjadi katalis positif yang membantu menaikkan harga CPO. "Karena (ringgit) murah, jadi berpotensi meningkatkan permintaan," katanya. Sementara,
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, kenaikan harga minyak sawit ini ditunjang oleh data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang menyebutkan kinerja minyak sawit Indonesia untuk caturwulan pertama 2017 mencapai 10,7 juta ton. Angka ini meningkat 26% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 8,7%. "Peningkatan ekspor CPO ini yang menjadi sentimen positif bagi perdagangan hari ini," papar Deddy. Produksi Akan Meningkat Namun, tren penguatan CPO ini tidak akan berlangsung lama. Deddy mengatakan, produksi minyak sawit di dua negara, yakni Indonesia dan Malaysia akan kembali meningkat. Sebab, diperkirakan di 2017 ini tidak ada gangguan cuaca. "El Nino sudah mulai hilang," jelasnya. Asal tahu saja, produksi CPO sempat terganggu oleh badai El Nino yang menyerang perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia sejak awal 2016 lalu. Namun, saat ini dampak dari badai tersebut sudah mulai hilang. Ia pun memprediksi, tahun ini kemungkinan besar produksi CPO dari Indonesia dapat mencapai angka 32 juta ton atau lebih tinggi dibanding tahun lalu yang hanya 30 juta ton. Sementara, Malaysia diperkirakan memproduksi sebanyak 20 juta ton, bertambah 2 juta ton dibanding tahun lalu yang hanya memproduksi sebesar 18 juta ton.
Kendati demikian, Deddy juga mengingatkan, jika area
resistance harga CPO di angka RM 2.600 tidak dapat ditembus, kemungkinan tren untuk bullish akan susah dicapai. "Saat ini pergerakan CPO masih cenderung konsolidasi. Kenaikan harga CPO mungkin akan menghadapi hambatan. Kemungkinan besar cenderung terbatas," paparnya. Secara teknikal, Deddy melihat indikator
moving average (MA) 50, MA100 dan MA200 mengindikasi penguatan. Kemudian, untuk
relative strength index (RSI) dan
stochastic masing-masing berada di level 60 dan 61. Indikator
moving average convergence divergence (MACD) mengindikasi sinyal positif. Untuk itu, Deddy memprediksi, besok harga CPO masih akan menguat di rentang RM 2.520 - RM 2.571 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga CPO diprediksi di area RM 2.480 - Rp 2.585. Putu memperkirakan, besok harga CPO masih akan menguat terbatas di kisaran harga RM 2.510 - RM 2.570 dan RM 2.600 - 2490 untuk pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati