Ekspor Melonjak, Begini Proyeksi Kinerja Timah (TINS) di Semester II-2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Timah Tbk (TINS) diproyeksi moncer di tahun 2024. Pasalnya, produsen timah pelat merah ini berhasil mencatatkan kenaikan kinerja produksi yang akhirnya mengerek kinerja keuangan pada semester I-2024.

Di mana, top line dan bottom line TINS kompak menanjak dalam periode enam bulan pertama 2024. Pendapatan TINS meningkat 14,25% (YoY) dari Rp 4,56 triliun menjadi Rp 5,21 triliun pada semester I-2024.

Pada saat yang sama, TINS mampu memangkas beban pokok pendapatan sebanyak 4,08% menjadi Rp 3,99 triliun. Hasil ini membuat TINS membukukan laba bruto senilai Rp 1,21 triliun, naik 198,18% dibandingkan Rp 407,15 miliar pada semester I-2023.


Laba bersih TINS terbang setinggi 2.571,95% (YoY) dari Rp 16,26 miliar menjadi Rp 434,46 miliar pada semester I-2024.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Fina Eliani mengungkapkan, peningkatan kinerja TINS sejalan dengan perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia. 

Secara bersamaan, harga logam timah London Metal Exchange (LME) bergerak naik hingga bulan Juni. Harga jual rata-rata TINS meningkat 13% (YoY) dari US$ 26.828 per metrik ton ke level US$ 30.397 per metrik ton pada semester I-2024.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Energi dan Tambang di Tengah Reli IHSG

Selain itu, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 90% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 18%; Korea Selatan 16%; India 13%; Amerika Serikat 10%; Jepang 8% dan Belanda 6%.

"Alhamdulillah sudah mulai ekspor," kata Sekretaris TINS Abdullah Umar kepada Kontan, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat kinerja TINS tahun ini masih akan ditopang permintaan ekspor yang terlihat di 1H24 alami alokasi ekspor meningkat menjadi 86% atau lebih besar dari periode sebelumnya.

"Selain itu tren kenaikan harga komoditas timah LME tahun ini seiring dengan peningkatan konsumsi dari China dan juga hilirisasi untuk bahan baku industri baterai," kata Audi kepada Kontan, Kamis (15/8).

Menurut Audi,  seiring dengan pelonggaran kebijakan moneter The Fed dan terjaganya pertumbuhan industri di China dengan target konsumsi Timah yang diperkirakan sebesar 226.000 ton masih akan menopang kinerja TINS tahun ini.

Adapun, Audi berpandangan hingga akhir tahun 2024, TINS akan mencatatkan kinerja positif dengan asumsi pertumbuhan kinerja periode sebelumnya dan kenaikan harga komoditas Timah maka pendapatan dapat tumbuh 35% y/y menjadi Rp 11,3 triliun.

 
TINS Chart by TradingView

"Meski demikian, risiko tidak tercapai dapat disebabkan beberapa sentimen: pelemahan permintaan dari China dan normalisasi harga komoditas Timah," ujar Audi.

Audi melihat kerja sama dengan perusahaan China akan sebagai katalis positif dengan adanya penjajakan kerjasama dengan eksportir timah asal China terkait dengan strategis dalam pemasaran dalam skala global, teknologi dan supply kepada anak usaha.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, secara kinerja TINS bisa mampu memangkas beban pokok pendapatan.

"Jadi ini bisa meningkatkan kinerja bottom line-nya. Bahkan pendapatan TINS juga meningkat," kata Nafan kepada Kontan, Kamis (15/8).

Nafan menilai kinerja TINS sebenarnya bisa bertahan hingga akhir tahun. Yang jelas masalahnya masih berkaitan dengan fluktuasi harga timah dunia. Hanya saja, jika TINS mampu mengoptimalkan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok, semestinya bisa mampu meningkatkan performa penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari