Ekspor minyak atsiri menyusut



JAKARTA. Lesunya perekonomian global rupanya berpengaruh ke permintaan minyak atsiri asal Indonesia. Pelemahan daya beli di pasar ekspor membuat permintaan akan minyak atsiri di pasar global cenderung stagnan.

Merujuk data Kementerian Perdagangan, ekspor kelompok minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian periode Januari-Mei 2016 turun 0,74% menjadi US$ 266 juta ketimbang periode yang sama tahun 2016. "Demand dari minyak atsiri tertekan di pasar ekspor," kata Meika Syahbana Rusli, Penasihat Dewan Atsiri Indonesia kepada KONTAN, Rabu (10/8).

Namun, Meika optimistis permintaan minyak atsiri kembali naik di semester II-2016. Apalagi, pola penjualan minyak atsiri biasanya lebih kencang di semester kedua. "Semester kedua ini akan membaik. Karena saat ini harga minyak pala, minyak cengkih sudah kembali naik," jelas Meika.


Meski pasar ekspor tertekan, namun produsen minyak atsiri merasakan adanya kenaikan permintaan dari pasar dalam negeri. "Permintaan domestik tahun ini lebih baik dari dua tahun lalu," katanya. Pemicunya adalah, adanya geliat dari industri makanan dan minuman.

Tekanan penjualan minyak atsiri di pasar ekspor di paruh pertama 2016 terebut dibenarkan oleh Arianto Mulyadi, Deputi Direktur Corporate Communication PT Indesso Aroma, salah satu produsen minyak atsiri. Namun Arianto bilang, ekspor tertekan karena ada penurunan harga jual pada kisaran 20%. "Ada penurunan harga jual akan produk kami," kata Arianto kepada KONTAN, Rabu (10/8).

Sayang Arianto enggan menyebut berapa realisasi ekspor minyak atsirinya. Yang jelas, Indesso mengklaim mengekspor minyak atsiri ke-34 negara di banyak benua. Produk yang di ekspor antara lain; minyak sereh, minyak cengkih, dan minyak pala. Produk ini paling banyak ekspor ke Amerika dan Eropa.

Selain itu, Indesso juga mengekspor produk food ingredients lain seperti teh, kopi, bubuk kakao yang paling banyak menyasar wilayah Asia. Arianto berharap, pada semester kedua tahun ini ini penjualan akan naik seiring dibangunnya Research and Development (R&D) Center di Cileungsi, Bogor.

Selain itu, Indesso juga menambah produksi dengan membeli fasilitas berupa Multi-Stage Spray Drayer (MSD). "Mesin baru tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi dan menghasilkan produk dalam bentuk granule yang lebih mudah larut dalam air," tambah Efendi, Direktur Manufacturing Indesso Aroma. Sayang, soal berapa nilai investasi yang dibelanjakan, Arianto menutup rapat-rapat informasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini