Ekspor non-migas kuartal I ditopang batubara dan besi baja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mencatat surplus perdana neraca perdagangan tahun 2018. Tercatat, nilai ekspor di akhir Maret mencapai US$15,58 miliar. Angka ini lebih tinggi 10,24% dibanding Februari 2018, juga lebih tinggi 6,14% dibanding Maret 2017. 

Nah, secara kumulatif Januari-Maret, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor tambang mulai mengkilat. Kenaikannya 41,48% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year). 

Dilihat dari kategori barang ekspor, harmonized system (HS), bahan bakar mineral mencatat kenaikan ekspor 18,58%. "Komoditas yang berperan paling besar adalah batu bara, dimana tujuan utamanya adalah Tiongkok, India dan Jepang," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (16/4). 


Beberapa barang ekspor yang mendorong ekspor selama kuartal I tahun ini antara lain, besi baja yang tergolong dalam HS72, dengan kenaikan tajam 64,94%. komoditas yang berperan besar yakni vero alloy nickel, dengan tujuan utamanya China, India, dan Amerika serikat.

Selanjutnya, HS26 yakni bijih, kerak dan abu logam mengalami kenikan signifikan. Komoditas yang berperan besar adalah tembaga, negara tujuannya adalah Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan.

“Alas kaki juga mengalami peningkatan, demikian juga ikan dan udang yang tergabung dalam HS 03,” imbuhnya.

China masih menjadi tujuan ekspor Indonesia, dengan pangsa pasar sampai 15,77%. Sementra itu Amerika serikat 11%, Jepang 10,15%. Dari tiga negara ini total ekspor kita sebesar 36,9%.

“Ekspor kita ke Tiongkok pada bulan Maret ini, komoditas terbesarnya adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, dan satu lagi adalah lemak dan minyak hewan nabati. Itu komoditas-komoditas ekspor kita yang utama,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia