JAKARTA. Krisis finansial membuat kalangan industri mengencangkan ikat pinggang. Makanya banyak industri yang memilih menahan diri untuk berekspansi. Sudah begitu, daya beli yang sedang lesu membuat mereka menurunkan kapasitas produksinya. Hanya saja mereka tetap berusaha untuk memenuhi permintaan domestik maupun mencukupi kebutuhan ekspor. Situasi ini sangat dirasakan oleh investor yang menghuni kawasan industri. Terutama bagi perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang menghuni sekitar 70 % kawasan industri. “Situasinya sekarang sedang prihatin,” kata Ketua Kehormatan Himpunan Kawasan Industri Halim Shahab, Rabu 14/1 di Jakarta. Kendati situasinya sedang sulit, penerimaan ekspor nonmigas 2008 di kawasan industri mencapai US$ 89,95 miliar. Ini artinya ada kenaikan sekitar 15% bila dibandingkan dengan 2007. Saat itu nilai ekspor nonmigas dari kawasan ini sekitar US$ 64,4 miliar. Adapun tahun ini ekspor nonmigas dari kawasan industri diperkirakan tumbuh 10%-12% saja bila dibandingkan dengan 2008. Dengan begitu bakal ada tambahan sekitar US$ 10 miliar. Dus, target 2009 sekitar US$ 90 miliar-US$ 100 miliar. “Kawasan Industri masih berkontribusi sebesar 70% dari total ekspor nonmigas pemerintah kita yang pada 2008 ini mencapai US$ 128,5 miliar,” tandasnya. Secara umum penerimaan sektor nonmigas kita itu meningkat 24,17% dari periode sama 2007 sebesar US$ 103,16 miliar. Adapun yang berkontribusi terbesar bagi peningkatan ekspor nonmigas adalah komoditas lemak dan minyak nabati US$ 14,75 miliar, ekspor bahan bakar mineral senilai US$ 9,7 miliar, ekspor mesin/peralatan listrik mencapai US$ 7,48 miliar, dan ekspor karet dan barang dari karet senilai US$ 7,25 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor Nonmigas Kawasan Industri 2008 Tembus US$ 89,95 Miliar
JAKARTA. Krisis finansial membuat kalangan industri mengencangkan ikat pinggang. Makanya banyak industri yang memilih menahan diri untuk berekspansi. Sudah begitu, daya beli yang sedang lesu membuat mereka menurunkan kapasitas produksinya. Hanya saja mereka tetap berusaha untuk memenuhi permintaan domestik maupun mencukupi kebutuhan ekspor. Situasi ini sangat dirasakan oleh investor yang menghuni kawasan industri. Terutama bagi perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang menghuni sekitar 70 % kawasan industri. “Situasinya sekarang sedang prihatin,” kata Ketua Kehormatan Himpunan Kawasan Industri Halim Shahab, Rabu 14/1 di Jakarta. Kendati situasinya sedang sulit, penerimaan ekspor nonmigas 2008 di kawasan industri mencapai US$ 89,95 miliar. Ini artinya ada kenaikan sekitar 15% bila dibandingkan dengan 2007. Saat itu nilai ekspor nonmigas dari kawasan ini sekitar US$ 64,4 miliar. Adapun tahun ini ekspor nonmigas dari kawasan industri diperkirakan tumbuh 10%-12% saja bila dibandingkan dengan 2008. Dengan begitu bakal ada tambahan sekitar US$ 10 miliar. Dus, target 2009 sekitar US$ 90 miliar-US$ 100 miliar. “Kawasan Industri masih berkontribusi sebesar 70% dari total ekspor nonmigas pemerintah kita yang pada 2008 ini mencapai US$ 128,5 miliar,” tandasnya. Secara umum penerimaan sektor nonmigas kita itu meningkat 24,17% dari periode sama 2007 sebesar US$ 103,16 miliar. Adapun yang berkontribusi terbesar bagi peningkatan ekspor nonmigas adalah komoditas lemak dan minyak nabati US$ 14,75 miliar, ekspor bahan bakar mineral senilai US$ 9,7 miliar, ekspor mesin/peralatan listrik mencapai US$ 7,48 miliar, dan ekspor karet dan barang dari karet senilai US$ 7,25 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News