Ekspor otomotif jalan, prospek Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) cerah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor mobil yang terus bertumbuh tentunya menguntungkan bagi perusahaan terminal pelabuhan. Sebagai satu-satunya operator dedicated terminal kendaraan di Indonesia, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) tentu mendapat peluang.

Pertumbuhan yang tinggi pada ekspor memberikan imbas positif bagi kinerja IPCC. Seperti dalam laporan keuangan semester I-2018, tercatat pendapatan IPCC tumbuh 28% year on year (yoy) menjadi Rp 250 miliar dan laba bersih tumbuh 58% yoy menjadi Rp 94,9 miliar.

Secara operasional di semester I-2018, throughput kendaraan naik 10,3% menjadi 186.928 unit, untuk heavy equipment naik 81% menjadi 20.099 unit dan spare parts naik 44,9% menjadi 48.900 M3.


Chiefy Adi K, President Director, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk menjelaskan, tahun ini IPCC menargetkan perolehan laba bersih dapat mencapai Rp 220 miliar atau tumbuh 69% secara tahunan.

Di tahun ini IPCC mendapat tambahan dari pengalihan throughput kendaraan yang sebelumnya dikelola oleh Port of Tanjung Priok (afiliasi) sebagai bagian dari kebijakan zonasi bisnis yang dilakukan Pelindo II. "Pendapatan naik dari Rp 422 miliar di tahun 2017 menjadi Rp 585 miliar," kata Chiefy, Rabu (5/9).

Segmen ekspor impor masih mendominasi pendapatan IPCC sampai saat ini. Namun perusahaan terus mengoptimalkan potensi segmen domestik yang dinilai masih besar ke depan, seperti Transhipment Roro Services dan kerjasama operasi dengan pelabuhan domestik yang dimiliki Pelindo I, III dan IV.

"Kapasitas pabrik otomotif nasional masih berpeluang besar untuk ditingkatkan ekspornya. Ini tentu menguntungkan kita," jelasnya.

Saat ini IPCC juga telah melakukan penandatangann MoU dengan Pelindo IV untuk kerjasama pengoperasian car terminal di pelabuhan Makassar dan Samarinda. Langkah ini merupakan upaya perusahaan untuk menggali potensi bisnis di wilayah Indonesia bagian timur yang masuk dala jalur pelayaran internasional.

Dalam jangka lima tahun kedepan yakni pada 2022, perusahaan berencana untuk ekspansi. Chiefy mengaku untuk saat ini luas terminal kendaran baru mencapai 31 hektar. Dan ditargetkan akan meningkat menjadi 89,5 hektar. Sehingga secara kapasitas dapat menampung lebih banyak.

"Sekarang luas tersebut bisa menampung 700.000 kendaraan dan ditargetkan bisa menampung 2,1 juta unit kendaraan. Alhasil kita bisa menjadi terbesar di ASEAN," katanya.

Bisnis pendapatan baru menurutnya bila fungsi transit atau transhipment berjalan agar bisa bersaing dengan pelabuhan internasional lain seperti Pelabuhan Singapura.

Peluang ini ada setelah pabrikan otomotif di Australia yang saat ini sudah stop dan diimpor produknya dari Thailand. Pasalnya saat ini pengiriman kendaraan dari Thailand ke Australia biasanya berhenti untuk transit di Singapura.

Sedangkan bila bisa transit ke Indonesia akan menguntungkan perusahaan. "Ditambah bila kendaraan dari Indonesia bisa diekspor ke Australia," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti