Ekspor rokok 2015 bisa mencapai US$ 1,1 miliar



JAKARTA. Pengoperasian pabrik rokok milik PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) di Karawang, Jawa Barat, akhir November 2014 lalu membuat pelaku industri rokok optimistis menatap pasar ekspor rokok tahun depan. Pelaku industri yakin, nilai ekspor rokok pada 2015 mampu menembus angka US$ 1,1 miliar.

Jika angka ini tercapai, target ekspor tahun depan naik 10% jika dibandingkan dengan proyeksi realisasi ekspor 2014 sebesar US$ 1 miliar. Potensi kenaikan ekspor rokok berasal dari beroperasinya pabrik rokok serta kenaikan permintaan rokok Indonesia di pasar ekspor.

Budidoyo, Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) menjelaskan, potensi pertumbuhan ekspor rokok 2015 itu bahkan bisa melebihi pertumbuhan penjualan ekspor pada 2014. Menurut dia, ekspor rokok tahun 2014 hanya tumbuh 7,4% menjadi US$ 1 miliar ketimbang ekspor rokok tahun 2013 senilai US$ 931,4 juta. 


Potensi kenaikan ekspor ini terjadi karena rokok Indonesia banyak digemari di pasar ekspor, baik jenis rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) maupun Sigaret Kretek Tangan (SKT). "Prevalensi rokok Indonesia di luar negeri naik. Konsumen rokok di luar negeri kini banyak yang menyukai rokok SKT dan SKM dari Indonesia," terang Budidoyo kepada KONTAN, Jumat (12/12) pekan lalu.

Menurut Budidoyo, rata-rata produksi rokok nasional dalam tiga tahun terakhir mencapai 300 miliar batang per tahun. Konsumsi rokok terbesar berasal dari dalam negeri yang mencapai 93% atau 279 miliar batang. Adapun rokok yang di ekspor itu sekitar 21 miliar batang.

Di antara produsen rokok  yang getol mengekspor adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Baru-baru ini, Sampoerna telah menyatakan kesiapan untuk menambah ekspor. Kesiapan untuk menambah ekspor dilakukan setelah pabrik terbaru SKM beroperasi di Karawang, Jawa Barat.

"Kami terus berinvestasi untuk meningkat ekspor, supaya Indonesia memperoleh nilai tambah," kata Paul Janelle, President Director HMSP. Sayangnya, Paul enggan membeberkan berapa target ekspor rokok HM Sampoerna. Ia hanya bilang, perusahaannya telah melakukan ekspor ke-39 negara, dan yang terbesar adalah Malaysia.

Mengomentari potensi kenaikan ekspor rokok ini, Faiz Ahmad, Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian juga optimistis, ekspor rokok 2015 bisa naik jika pelaku industri bisa mencari negara tujuan ekspor rokok baru. Sebab, kata Faiz, beberapa negara saat ini memberlakukan kebijakan proteksi dari pertumbuhan konsumsi rokok. Seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS) yang melarang rokok kretek dan Australia yang membuat kebijakan rokok kemasan polos.

Selain mencari pasar baru, kenaikan ekspor rokok Indonesia berpeluang terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Kondisi ini membuat rokok Indonesia dianggap lebih murah jika dibandingkan dengan rokok dari negara lainnya.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa