Ekspor rotan mentah menggencet perajin mebel



JAKARTA. Para perajin mebel rotan dalam negeri masih terus mengeluhkan ekspor rotan mentah yang bisa mematikan bisnis andalan mereka. Lantaran bahan baku rotan terus dikirim ke luar negeri, mereka pun kesulitan memperoleh bahan baku.

"Setiap bulan mereka (eksportir) mengangkut sekitar 100 kontainer," ujar Hatta Sinatra, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI). Akibatnya, produksi mebel rotan domestik pun terpukul.

Yang membuat Hatta sedih, pembeli rotan yang datang dari China dan Vietnam memasok rotan terbaik dari Kalimantan. Oleh petani rotan di Kalimantan, rotan pilihan itu diolah seadanya agar bisa diekspor. Di luar itu, ujar Hatta, sebagian rotan mentah pun ikut diekspor.


Dampaknya, perajin di dalam negeri kelabakan karena bahan baku tidak ada. Padahal, kata Hatta, perajin lokal juga butuh rotan terbaik untuk membuat mebel, terutama pesanan khusus. "Yang tersisa hanya rotan kualitas rendah," kata Hatta.

Karena pasokan rotan terbaik tidak ada, perajin tidak bisa memenuhi pesanan khusus. Bahkan ada perajin yang gulung tikar. Hatta memaparkan, jumlah perajin rotan di wilayah Cirebon, Jawa Barat, saat ini sudah berkurang 50%–60% akibat tidak ada bahan baku.

Masalah bahan baku ini mengakibatkan ekspor mebel rotan ikut turun. Menurut Hatta, dalam kurun waktu 2004 hingga 2010 terjadi penurunan ekspor mebel rotan hingga 59%. Dari sisi nilai, ekspor mebel rotan turun dari US$ 336 juta menjadi US$ 135 juta.

Pemerintah membantah

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan Yamanah A.C. membantah ada aktivitas ekspor rotan mentah. Ia berkata, ekspor rotan hanya boleh dalam bentuk setengah jadi seperti diatur Permendag No. 36/2009. Bahkan, ekspor rotan setengah jadi itu tak terserap keseluruhan. "Dari kuota 35.000 ton, terserap hanya 27.000 ton– 30.000 ton," kata Yamanah.

Pemerintah mengijinkan ekspor rotan setengah jadi, imbuh Yamanah, karena produksi yang mencapai 600.000 ton tidak terserap oleh industri domestik. Tapi, ia membuka opsi memperbaiki kebijakan pos tarif ekspor rotan, dengan cara dan membedakan pos tarif rotan mentah dengan rotan setengah jadi.

Sementara itu, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat memberi janji manis bagi perajin rotan lokal. "Kami akan perbaiki kebijakan yang mengganggu industri rotan," kata Hidayat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can