Ekspor Tekstil Bakal Tumbuh 5% di 2013



JAKARTA. Meski ekonomi global loyo, namun kinerja ekspor tekstil masih tumbuh positif. Bahkan, pada semester I-2013, realisasi ekspor tekstil lebih tinggi ketimbang perkiraan. Alhasil, pebisnis optimis sepanjang 2013 ekspor tekstil bisa tumbuh 5%.

Ketua Umum Asosiasi pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman bilang, hingga semester I-2013, ekspor tekstil tumbuh 2,5% daripada semester I-2012. Realisasi ini sedikit lebih tinggi dari prediksi sebelumnya yang hanya 2%. "Permintaan ekspor masih lumayan kuat, sebaliknya permintaan dalam negeri anjlok," ujarnya, Rabu (18/9).

Pada semester I-2013, ekspor tekstil tumbuh 2,5% dari semester I-2012 menjadi sekitar US$ 6,54 miliar. Kenaikan ekspor tekstil pada semester I-2013, kata Ade didorong oleh penurunan produksi tekstil di Bangladesh yang membuat konsumen Amerika dan Eropa mengalihkan permintaannya ke Indonesia.


Ade optimistis, pada semester II-2013, ekspor tekstil masih bakal tumbuh minimal sama seperti semester I-2013. "Sampai akhir tahun, ekspor tekstil bisa tumbuh 5% ketimbang tahun lalu," kata Ade.

Catatan saja, sepanjang 2012 lalu, ekspor tekstil dan produk tekstil nasional mencapai US$ 12,38 miliar. Dengan asumsi ekspor tumbuh 5%, artinya sampai akhir 2013, ekspor tekstil nasional akan mencapai US$ 13 miliar. Jika permintaan ekspor tekstil masih kencang, Ade optimis ekspor tekstil tahun ini bakal mendekati pencapaian ekspor tekstil tertinggi pada 2011 yang sebesar US$ 13,2 miliar.

Meski ekspor tekstil tumbuh , Ade bilang impor produk tekstil di Indonesia juga masih lumayan tinggi. Dari total penjualan tekstil domestik tahun ini yang diperkirakan mencapai US$ 7,6 miliar, sekitar 60% di antaranya dikontribusi oleh produk tekstil impor.

Produk tekstil impor yang membanjir membuat produsen tekstil risau. Makanya, "Kami sedang mengkaji pengajuan save guard (perlindungan) bagi beberapa produk tekstil impor dari berbagai negara," kata Ade. Tapi, ia enggan membeberkan jenis produk tekstil yang akan diusulkan dikenakan save guard. Yang jelas, kata dia, produk tekstil impor yang membahayakan pasar dalam negeri sebagian berasal dari China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi