Ekspor tekstil di kuartal I naik tipis



JAKARTA. Meski kecil, ekspor pakaian jadi asal Indonesia selama kuartal I-2013 berhasil mencatatkan pertumbuhan. Tapi, kenaikan nilai ekspor ini rupanya bukan dari volume ekspor pakaian jadi yang meningkat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari - Maret 2013, nilai ekspor pakaian jadi Indonesia non-rajutan adalah US$ 1,01 miliar. Angka itu tumbuh sekitar 3,1% daripada realisasi ekspor di periode sama tahun lalu, yaitu US$ 986,4 juta.

Meski mengaku belum memiliki data volume ekspor selama tiga bulan pertama, namun Suryadi Sasmita, Ketua Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesoris Indonesia (APGAI), menyebut, penyebab peningkatan nilai ekspor adalah penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, belakangan ini. “Volume kemungkinan malah turun,” kata dia, Rabu (8/5).


Penurunan volume ekspor, menurut dia, bisa berlanjut akibat krisis ekonomi yang membekap AS dan Eropa, yang merupakan pasar ekspor tradisional bagi produk tekstil domestik. Prediksi para pebisnis tekstil, pelemahan permintaan dari kedua wilayah itu masih berlangsung hingga kuartal kedua tahun ini.

Penurunan nilai ekspor pakaian jadi juga diakibatkan oleh kondisi internal industri tekstil domestik, yakni membengkaknya biaya produksi. Seperti diketahui, kenaikan upah pekerja minimum di awal tahun serta kenaikan tarif listrik April kemarin memperbesar beban produksi yang harus ditanggung oleh industri tekstil domestik.

Kondisi semacam itu jelas menyulitkan perusahaan tekstil lokal untuk bersaing dengan pabrikan tekstil berorientasi ekspor di negara-negara lain. Dengan biaya produksi yang tinggi, para pembeli asing mulai pikir-pikir untuk melakukan pemesanan tekstil dari Indonesia.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memproyeksikan harga pokok produksi produk tekstil di tahun ini bisa terkerek naik hingga 17% akibat kenaikan beban di pos energi dan upah buruh. Selain itu, kenaikan juga terjadi di pos bahan baku karena industri tekstil hulu ikut menaikkan harga jual produknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon