Ekspor terus turun, Menko Darmin: Pangsa pasar tujuan utama menurun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak defisit sepanjang Januari 2019 sebesar US$ 1,16. Meski impor mengalami penurunan, namun ekspor ikut turun dalam laju yang lebih besar.

Nilai impor Januari 2019 turun 2,19% secara bulanan (mom) maupun secara tahunan turun 1,83% yoy. Sementara, nilai ekspor turun lebih besar secara bulanan yakni 3,24% mom, maupun secara tahunan turun 4,7% yoy.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat, faktor utama melesunya ekspor Indonesia tak lepas dari melemahnya perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor yaitu China dan Amerika Serikat. Hal itu pun berdampak terutama pada kinerja ekspor non-migas Indonesia.


"China dan AS pertumbuhan ekonomi maupun perdagangannya turun, jadi kita terpengaruh langsung dengan perang dagang itu," ujar Darmin saat ditemui di kantornya, Jumat (15/2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pangsa pasar tiga negara tujuan ekspor terbesar yaitu China, AS, dan Jepang pada Januari 2019 mencapai 34,96%. Di saat yang sama, nilai ekspor non-migas ke tiga negara tersebut kompak menurun dibandingkan Januari 2018.

Total penurunan nilai ekspor ke tiga negara tujuan utama tersebut mencapai US$ 430 juta. Sementara, nilai ekspor ke sepuluh negara utama lainnya maupun ke 13 negara tujuan selain utama juga turun US$ 160 juta.

"Sementara, untuk mencari alternatif pasar, kelihatannya masih lambat. Jadi bukan karena kita sudah melewati puncak pertumbuhan ekspor, tapi karena perkembangan dunia cepat sekali dan adjustment kita lambat," lanjut Darmin.

Adapun, pemerintah bukan tanpa upaya untuk menggenjot kinerja ekspor, terutama dalam jangka pendek. Menurut Darmin, saat ini pemerintah fokus dalam merumuskan produk-produk andalan dari sektor manufaktur untuk didorong ekspornya (picking the winner).

Ia mencontohkan, beberapa hari lalu, pemerintah telah meluncurkan simplifikasi prosedur ekspor untuk kendaraan bermotor jadi (CBU). Hal tersebut sebagai bentuk dorongan pemerintah terhadap industri otomotif yang selama ini menjadi andalan sektor manufaktur domestik.

Terkait impor, Darmin tampak senang melihat defisit sektor migas yang jauh lebih baik di Januari 2019. Bahkan sektor migas mencatat defisit US$ 454,8 juta, lebih kecil dari defisit nonmigas yang mencapai US$ 704,7 juta.

Dibandingkan Januari tahun lalu, impor migas yang terdiri dari minyak mentah, hasil minyak, dan gas, mengalami penurunan dari US$ 2,26 miliar menjadi US$ 1,69 miliar. "Artinya, kebijakan B20 (Biodiesel 20%) ada lah pengaruhnya ke neraca perdagangan migas. Untuk neraca nonmigas, kita memang baru menyusun kebijakan yang lebih lagi untuk jangka pendek," ujar Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .