JAKARTA. Para eksportir sepakat menyetop ekspor timah pada 1 Oktober mendatang untuk mendongkrak harganya yang terus melemah. Ekspor akan kembali dibuka pada 1 November mendatang.Pembukaan ekspor timah ini bila harganya mulai membaik. "Ekspor akan disetop hingga harga timah membaik di level US$ 23.000 hingga US$ 24.000 per metrik ton. Paling tidak membutuhkan satu bulan," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia Rudy Irawan kepada KONTAN, Jumat (30/1).Rudy mengatakan produksi hanya diperuntukkan bagi pembeli yang sudah meneken kontrak. "Dengan adanya ini, stok jelas kurang," tegasnya.Harga timah memang terus melemah sejak April 2011. Harga timah mencapai puncaknya pada April 2011 sebesar US$ 32.347 per metrik ton. Pada bulan-bulan berikutnya harga timah terus melandai. Per Mei, harga timah batangan turun menjadi US$ 28.271 ton. Pada Juni, harga kembali anjlok hingga US$ 25.519 ton. Saat ini, harga timah masih berada di level US$ 20.000 hingga US$ 21.OOO ton. Melemahnya harga timah lantaran pasokannya berlimpah. Karena itu, eksportir timah saat ini tengah membahas kuota ekspordengan pemerintah. Rudy berharap, ketentuan pembatasan eksportir timah ini bisa berlaku tahun depan. "Lebih baik kami menjual timah 100 ton dan untung US$ 1 juta daripada menjual timah 1000 ton namun untungnya sama," tutur Rudi.Sayangnya, Rudi masih belum mengetahui berapa besar kuota yang paling pas untuk kuota ekspornya. Menurut dia, para eksportir sedang menghitung ulang kebutuhan dunia. "Perhitungannya belum keluar," kata Rudy.Sebagai gambarannya, pada 2010 volume ekspor timah mencapai 92.853 ton. Jika diambil rata-rata, ekspor timah perbulan mencapai 7.737 ton. Merujuk data dari Kementrian Perdagangan, ekspor paling besar sepanjang 2010 adalah bulan November 2010 sebesar 8.986 ton. Sedangkan ekspor timah paling kecil terjadi pada bulan Januari 2010 sebesar 6.775 ton.Direktur Ekspor Produk Hasil Industri dan Pertambangan Kementrian Perdagangan, Sri Nastiti Budiarti mendukung adanya kembali pengaturan ekspor timah guna menjaga harga. Menurutnya, harga timah jatuh saat ini karena adanya suplai yang berlebih.Melihat trend perkembangan ekspor timah memang menunjukkan kenaikan 12,5% dibandingkan dengan tahun lalu. Hingga Agustus 2010, ekspor timah hanya sebesar 60.475 ton. Sedangkan ekspor timah Januari-Agustus 2011 mencapai 68.055 ton.Berbeda dengan tahun lalu, volume ekspor timah hanya sekitar 6.000 hingga 8.000 ton perbulan. Namun, pada tahun ini, volume ekspor timah per bulannya sebesar 7.000 ton hingga 10.000 ton. Ekspor tertinggi terjadi bulan Juni 2011 sebesar 10.875 ton. Ekspor paling kecil terjadi pada bulan Mei 2011 sebesar 7.031 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor timah akan kembali dibuka 1 November mendatang
JAKARTA. Para eksportir sepakat menyetop ekspor timah pada 1 Oktober mendatang untuk mendongkrak harganya yang terus melemah. Ekspor akan kembali dibuka pada 1 November mendatang.Pembukaan ekspor timah ini bila harganya mulai membaik. "Ekspor akan disetop hingga harga timah membaik di level US$ 23.000 hingga US$ 24.000 per metrik ton. Paling tidak membutuhkan satu bulan," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia Rudy Irawan kepada KONTAN, Jumat (30/1).Rudy mengatakan produksi hanya diperuntukkan bagi pembeli yang sudah meneken kontrak. "Dengan adanya ini, stok jelas kurang," tegasnya.Harga timah memang terus melemah sejak April 2011. Harga timah mencapai puncaknya pada April 2011 sebesar US$ 32.347 per metrik ton. Pada bulan-bulan berikutnya harga timah terus melandai. Per Mei, harga timah batangan turun menjadi US$ 28.271 ton. Pada Juni, harga kembali anjlok hingga US$ 25.519 ton. Saat ini, harga timah masih berada di level US$ 20.000 hingga US$ 21.OOO ton. Melemahnya harga timah lantaran pasokannya berlimpah. Karena itu, eksportir timah saat ini tengah membahas kuota ekspordengan pemerintah. Rudy berharap, ketentuan pembatasan eksportir timah ini bisa berlaku tahun depan. "Lebih baik kami menjual timah 100 ton dan untung US$ 1 juta daripada menjual timah 1000 ton namun untungnya sama," tutur Rudi.Sayangnya, Rudi masih belum mengetahui berapa besar kuota yang paling pas untuk kuota ekspornya. Menurut dia, para eksportir sedang menghitung ulang kebutuhan dunia. "Perhitungannya belum keluar," kata Rudy.Sebagai gambarannya, pada 2010 volume ekspor timah mencapai 92.853 ton. Jika diambil rata-rata, ekspor timah perbulan mencapai 7.737 ton. Merujuk data dari Kementrian Perdagangan, ekspor paling besar sepanjang 2010 adalah bulan November 2010 sebesar 8.986 ton. Sedangkan ekspor timah paling kecil terjadi pada bulan Januari 2010 sebesar 6.775 ton.Direktur Ekspor Produk Hasil Industri dan Pertambangan Kementrian Perdagangan, Sri Nastiti Budiarti mendukung adanya kembali pengaturan ekspor timah guna menjaga harga. Menurutnya, harga timah jatuh saat ini karena adanya suplai yang berlebih.Melihat trend perkembangan ekspor timah memang menunjukkan kenaikan 12,5% dibandingkan dengan tahun lalu. Hingga Agustus 2010, ekspor timah hanya sebesar 60.475 ton. Sedangkan ekspor timah Januari-Agustus 2011 mencapai 68.055 ton.Berbeda dengan tahun lalu, volume ekspor timah hanya sekitar 6.000 hingga 8.000 ton perbulan. Namun, pada tahun ini, volume ekspor timah per bulannya sebesar 7.000 ton hingga 10.000 ton. Ekspor tertinggi terjadi bulan Juni 2011 sebesar 10.875 ton. Ekspor paling kecil terjadi pada bulan Mei 2011 sebesar 7.031 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News