JAKARTA. Ekspor timah pada bulan Desember 2011 mengalir deras. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), ekspor timah pada bulan Desember mencapai 15.102,76 ton. Volume ini naik 585,86% dari ekspor timah bulan November yang sebanyak 2.202,04 ton.Penyebabnya tidak lain karena para perusahaan pengolahan (smelter) telah melakukan penjualan ke pasar spot. R Rudy Irawan, Anggota Tim Pembentukan Pasar Timah Indonesia mengatakan, derasnya ekspor timah pada bulan Desember lalu dikarenakan para smelter telah melepas semua stoknya. "Para Smelter melepas semua stok yang ia punya," kata Rudy, Senin (9/1).Tidak hanya volume yang mengalami peningkatan, nilai ekspor juga mengalami melonjak drastis. Jika pada November nilai ekspor timah hanya US$ 43,81 juta, maka Desember lalu nilai ini melesat 561,5% menjadi US$ 289,8 juta.Johan Murod, Direktur PT Bangka Belitung timah Sejahtera (BBTS) pernah memprediksi pengiriman timah ke pasar spot oleh 28 perusahaan smelter sepanjang Desember bisa mencapai 10.000 ton. Dalam menjual timah, Bangka Belitung berpatokan pada harga yang tercantum pada London Metal Exchange (LME).Maklum, bursa timah lokal InaTin yang sedianya beroperasi 12 Februari silam, diundur menjadi sekitar 30 Januari-1 Februari. "Kami masih mematangkan rencana," kata Rudy. Padahal, bursa ini menjadi harapan para produsen dan smelter timah lokal untuk mendapatkan harga timah yang wajar. Sebetulnya, kenaikan nilai dan volume ekspor timah ini dilematis. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu ATI memang sempat melakukan moratorium ekspor lantaran harganya di pasar internasional hancur-hancuran. Namun, karena tidak kuat menahan penjualan, beberapa smelter pun melanggar moratorium itu dengan mengekspor timah ke pasar spot. Akibatnya, meski nilai dan volume ekspor melonjak, berlimpahnya timah di pasar spot kembali membuat harga merosot ke level US$ 19,750 per ton. Padahal pada saat moratorium berlangsung, harga timah sempat membaik dan bercokol pada level US$ 20.000-US$ 21.000 per ton.Direktur Ekspor Produk Hasil Industri dan Pertambangan Sri Nastiti Budiarti mengatakan, jika nilai ekspor timah ini lima kali lipat dibandingkan ekspor bulan sebelumnya. "Salah satu penyebabnya adalah kebijakan moratorium ekspor timah dari wilayah bangka sudah tidak dihiraukan lagi," kata Sri Nastiti.Sri Nastiti menambahkan, harga timah saat ini masih dibawah target yang diinginkan di wilayah Bangka Belitung. Adapun total ekspor timah tahun 2011 mencapai US$ 2,37 milliar, naik 38,11% dari tahun sebelumnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor timah Desember tumbuh 585,86%
JAKARTA. Ekspor timah pada bulan Desember 2011 mengalir deras. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), ekspor timah pada bulan Desember mencapai 15.102,76 ton. Volume ini naik 585,86% dari ekspor timah bulan November yang sebanyak 2.202,04 ton.Penyebabnya tidak lain karena para perusahaan pengolahan (smelter) telah melakukan penjualan ke pasar spot. R Rudy Irawan, Anggota Tim Pembentukan Pasar Timah Indonesia mengatakan, derasnya ekspor timah pada bulan Desember lalu dikarenakan para smelter telah melepas semua stoknya. "Para Smelter melepas semua stok yang ia punya," kata Rudy, Senin (9/1).Tidak hanya volume yang mengalami peningkatan, nilai ekspor juga mengalami melonjak drastis. Jika pada November nilai ekspor timah hanya US$ 43,81 juta, maka Desember lalu nilai ini melesat 561,5% menjadi US$ 289,8 juta.Johan Murod, Direktur PT Bangka Belitung timah Sejahtera (BBTS) pernah memprediksi pengiriman timah ke pasar spot oleh 28 perusahaan smelter sepanjang Desember bisa mencapai 10.000 ton. Dalam menjual timah, Bangka Belitung berpatokan pada harga yang tercantum pada London Metal Exchange (LME).Maklum, bursa timah lokal InaTin yang sedianya beroperasi 12 Februari silam, diundur menjadi sekitar 30 Januari-1 Februari. "Kami masih mematangkan rencana," kata Rudy. Padahal, bursa ini menjadi harapan para produsen dan smelter timah lokal untuk mendapatkan harga timah yang wajar. Sebetulnya, kenaikan nilai dan volume ekspor timah ini dilematis. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu ATI memang sempat melakukan moratorium ekspor lantaran harganya di pasar internasional hancur-hancuran. Namun, karena tidak kuat menahan penjualan, beberapa smelter pun melanggar moratorium itu dengan mengekspor timah ke pasar spot. Akibatnya, meski nilai dan volume ekspor melonjak, berlimpahnya timah di pasar spot kembali membuat harga merosot ke level US$ 19,750 per ton. Padahal pada saat moratorium berlangsung, harga timah sempat membaik dan bercokol pada level US$ 20.000-US$ 21.000 per ton.Direktur Ekspor Produk Hasil Industri dan Pertambangan Sri Nastiti Budiarti mengatakan, jika nilai ekspor timah ini lima kali lipat dibandingkan ekspor bulan sebelumnya. "Salah satu penyebabnya adalah kebijakan moratorium ekspor timah dari wilayah bangka sudah tidak dihiraukan lagi," kata Sri Nastiti.Sri Nastiti menambahkan, harga timah saat ini masih dibawah target yang diinginkan di wilayah Bangka Belitung. Adapun total ekspor timah tahun 2011 mencapai US$ 2,37 milliar, naik 38,11% dari tahun sebelumnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News