Ekspor TPT Mengalami Penurunan 8%



JAKARTA. Krisis kredit berbasis subprime di Amerika Serikat (A.S) terus memakan korban. Kali ini, krisis tersebut membuat nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pasalnya, kenaikan harga minyak dunia dipasar internasional membuat masyarakat A.S lebih memilih mengamankan energinya ketimbang membeli TPT.

Ade Sudrajat, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan nilai ekspor TPT hingga semester I pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 8% menjadi US$ 4,89 miliar. Padahal, tahun lalu nilai ekspor mencapai US$ 5,3 miliar. Salah satu penyebab penurunan tersebut diakibatkan melemahnya daya beli masyarakat terutama AS selaku negara tujuan pertama ekspor. "Pasar Amerika masih sakit, jadi wajar saja ada penurunan yang cukup signifikan," tandasnya.

Meski demikian, Ade optimis, tahun ini nilai penjualan ekspornya akan sama dengan tahun depan menjadi US$ 10,03 miliar. Pasalnya, ada beberapa negara yang mampu menjadi penopang turunnya nilai ekspor tersebut. Salah satunya, Jepang. "Kita akan menggenjot ekspor ke Jepang agar meningkat hingga 10%," tegasnya.


Namun, bukan berarti masalah selesai sampai disitu saja. Menurut Ade, ada permasalahan lain yang menghadang industri ini. Yakni, China sudah memberlakukan kebijakan yang menaikkan potongan pajak ekspor (PE) atau diskon dari 11% menjadi 13%. Selain itu, potongan PE pakaian juga akan meningkat menjadi 15% dari 11%. Tentunya, hal itu akan membuat ekspor China terus meningkat. Catatan saja, pada Mei lalu ekspor tekstil China meningkat 1,1% dari periode yang sama tahun lalu.

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy menambahkan kebijakan pemerintah China itu akan mengancam produk TPT negara lain termasuk Indonesia. Karena dengan pemotongan PE ini akan membuat harga produk tekstil China akan lebih murah dibandingkan produk Indonesia. "Ini menyulitkan produsen dalam negeri, apalagi iklim usaha didalam negeri belum kondusif," tandasnya. Untuk menekan kerugian lebih besar, API meminta pemerintah menyetop impor garmen dari China untuk sementara waktu. "Kalau perlu ada larangan impor dari China mulai saat ini sampai Agustus 2008," katanya.

Jika tetap tidak dilarang, maka API memperkirakan produk China akan kembali membanjiri Indonesia seiring dengan perayaan Lebaran dan Natal. Jika hal ini terjadi, maka industri TPT akan semakin terpuruk. "Kenapa pemerintah tidak memberikan insentif yang sama seperti yang diberikan China," harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie