JAKARTA. Bencana tsunami yang melanda Jepang ternyata berdampak buruk bagi ekspor tuna Indonesia. Maklum, selama ini Jepang merupakan konsumen terbesar tuna. Ang Sakiman, Ketua Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia (APKPII), mengatakan sejak Kamis (11/3) lalu praktis tidak ada pengiriman tuna ke Jepang. "Padahal, biasanya dalam 4 hari sampai seminggu, saya bisa mengirimkan 2 ton tuna," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (13/3).Ang bilang, tertahannya pengiriman tuna ini akibat tertutupnya akses transportasi terutama di Tokyo. Padahal, selama ini sekitar 75% tuna asal Indonesia dipasok melalui Tokyo, sementara sisanya melalui kota-kota lain seperti Osaka.Kondisi ini tentu sangat disayangkan mengingat harga tuna sedang tinggi-tingginya. Ang bilang, harga tuna di Jepang sebelum tsunami berkisar ¥ 800-¥ 900/kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi dibandingkan awal Februari lalu yang berkisar ¥ 500/kg. "Kita tidak bisa mendapatkan keuntungan itu," jelasnya.Victor Nikijuluw, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menambahkan bencana tsunami di Jepang akan menghambat ekspor tuna ke sana selama 1-2 minggu ke depan. Dalam rentang waktu itu, setidaknya 20 ton tuna Indonesia tertunda pengirimannya. "Transportasi di sana belum pulih, jadi kita tidak bisa kirim," jelas Victor kepada KONTAN.Meski begitu, Victor bilang pihaknya tidak akan mengalihkan tuna yang tertahan tersebut ke negara lain, seperti Amerika Serikat dan Taiwan. Tuna tersebut akan disimpan dahulu untuk kemudian dikirimkan ke Jepang. "Kita tidak bisa mengalihkan pasokan tersebut, karena sudah terikat kontrak," tandas Victor.Edi Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, bencana tsunami tersebut tidak akan mengganggu ekspor tuna Indonesia. Saat ini, akses pengiriman tuna yang terganggu hanya terjadi di Tokyo dan Shendai, karena transportasi di sana lumpuh total. Namun, kota-kota lain seperti Osaka relatif masih berjalan biasa. "Saya yakin bencana itu tidak akan menghambat signifikan ekspor tuna kita," tandas Edi.Sekadar informasi, Jepang merupakan pasar utama tuna Indonesia yaitu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor tuna tahun lalu yang mencapai US$ 376 juta. Sisanya didapat dari negara lain seperti Amerika Serikat, Korea Selatan dan Taiwan. Tahun ini, KKP menargetkan ekspor tuna Indonesia bisa naik menjadi US$ 385 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspor Tuna ke Jepang menurun akibat penutupan pelabuhan Tokyo
JAKARTA. Bencana tsunami yang melanda Jepang ternyata berdampak buruk bagi ekspor tuna Indonesia. Maklum, selama ini Jepang merupakan konsumen terbesar tuna. Ang Sakiman, Ketua Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia (APKPII), mengatakan sejak Kamis (11/3) lalu praktis tidak ada pengiriman tuna ke Jepang. "Padahal, biasanya dalam 4 hari sampai seminggu, saya bisa mengirimkan 2 ton tuna," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (13/3).Ang bilang, tertahannya pengiriman tuna ini akibat tertutupnya akses transportasi terutama di Tokyo. Padahal, selama ini sekitar 75% tuna asal Indonesia dipasok melalui Tokyo, sementara sisanya melalui kota-kota lain seperti Osaka.Kondisi ini tentu sangat disayangkan mengingat harga tuna sedang tinggi-tingginya. Ang bilang, harga tuna di Jepang sebelum tsunami berkisar ¥ 800-¥ 900/kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi dibandingkan awal Februari lalu yang berkisar ¥ 500/kg. "Kita tidak bisa mendapatkan keuntungan itu," jelasnya.Victor Nikijuluw, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menambahkan bencana tsunami di Jepang akan menghambat ekspor tuna ke sana selama 1-2 minggu ke depan. Dalam rentang waktu itu, setidaknya 20 ton tuna Indonesia tertunda pengirimannya. "Transportasi di sana belum pulih, jadi kita tidak bisa kirim," jelas Victor kepada KONTAN.Meski begitu, Victor bilang pihaknya tidak akan mengalihkan tuna yang tertahan tersebut ke negara lain, seperti Amerika Serikat dan Taiwan. Tuna tersebut akan disimpan dahulu untuk kemudian dikirimkan ke Jepang. "Kita tidak bisa mengalihkan pasokan tersebut, karena sudah terikat kontrak," tandas Victor.Edi Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, bencana tsunami tersebut tidak akan mengganggu ekspor tuna Indonesia. Saat ini, akses pengiriman tuna yang terganggu hanya terjadi di Tokyo dan Shendai, karena transportasi di sana lumpuh total. Namun, kota-kota lain seperti Osaka relatif masih berjalan biasa. "Saya yakin bencana itu tidak akan menghambat signifikan ekspor tuna kita," tandas Edi.Sekadar informasi, Jepang merupakan pasar utama tuna Indonesia yaitu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor tuna tahun lalu yang mencapai US$ 376 juta. Sisanya didapat dari negara lain seperti Amerika Serikat, Korea Selatan dan Taiwan. Tahun ini, KKP menargetkan ekspor tuna Indonesia bisa naik menjadi US$ 385 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News