Ekspor Udang ke Amerika Serikat Anjlok Tajam



JAKARTA. Ekspor udang dan olahannya ke Amerika Serikat (AS) selama Januari-Agustus 2009 turun 47,45%, dibanding periode yang sama tahun lalu. Volume ekspor Januari-Agustus 2009 hanya mencapai 217.000 ton. Padahal ekspor udang periode yang sama tahun 2008 mencapai 413.000 ton.


Berdasarkan data Departemen Perdagangan (Depdag), realisasi volume ekspor tertinggi ke AS dalam lima tahun terakhir terjadi di tahun 2006, yakni sebanyak 610.000 ton. Sejak itu, volumenya terus menurun.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Martani Huseini mengungkapkan, volume ekspor turun karena produksi udang lokal juga turun. “Perkiraan kami, produksi udang dalam negeri turun 30%,” katanya, kemarin (22/11). Sayang, ia tidak merinci data penurunan produksi itu. Yang jelas, karena bahan baku udang tidak tersedia bagi industri pengolahan, ekspor udang juga jadi ikut merosot.

Kepala Penelitian dan Pengembangan Depdag Muchtar menyebutkan, ekspor udang anjlok akibat harga yang cenderung menurun. Menurut dia, penurunan ekspor Januari-Agustus 2009 secara nilai lebih tinggi, dibanding secara volume. “Itu artinya harga udang di AS anjlok, hingga eksportir enggan mengirim," ujarnya.

Dari data yang disajikan, nilai ekspor udang selama Januari-Agustus turun 68,6% dibanding periode sama tahun 2008. Nilai ekspor turun dari US$ 1 miliar pada Januari–Agustus 2008 menjadi hanya US$ 314 juta di 2009. "Harga merosot karena permintaannya juga melorot akibat AS mengurangi konsumsi udang,” jelas Muchtar.

Diserang penyakit

Ketua Masyarakat Perikanan Nusantara, Shidiq Moeslim mengakui penurunan produksi udang di dalam negeri telah membuat industri pengolahan udang yang berorientasi ekspor kesulitan bahan baku. “Ini karena ada kegagalan panen udang di berbagai daerah,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan Direktur Ekspor DKP Saut Hutagalung. Ia bilang, produktivitas tambak udang mengalami gangguan. “Bulan Juni dan Agustus lalu, produksi merosot,” katanya.

Saut menjelaskan, virus penyakit udang seperti White Spot Virus Syndrome atau Taura Virus Syndrome telah menyerang sentra udang di Lampung dan Jawa Timur. Akibatnya, banyak tambak udang yang gagal panen.

Tentu, kegagalan tersebut mengakibatkan kedua daerah itu mengalami penurunan produksi udang. Kapasitas industri pengolahan udang juga turun, menjadi hanya 47%.

Shidiq berharap, pemerintah memberikan solusi sementara bagi terbatasnya bahan baku tersebut. Jalan keluar yang diusulkan adalah membuka impor keran udang vaname yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku industri lokal. Sayangnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad menolak usulan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test