JAKARTA. Bencana gempa dan tsunami yang memukul Jepang memberi berkah bagi eksportir sayur. Managing Director PT KemFarm Indonesia Wahyudi Samudra mengakui, mendapat tambahan permintaan nanas beku dari Jepang sebanyak 24 ton setelah tsunami kemarin.Wahyudi menduga tambahan pesanan ini akibat rantai pasokan sayuran dan buah-buahan di Jepang terganggu. Dia menyatakan, banyak lahan perkebunan di sana yang rusak total akibat tsunami kemarin. Selain itu, dia bilang, para petani juga tidak bisa melakukan aktivitas perkebunannya. Di sisi lain, kebutuhan sayuran dan buah-buahan di sana meningkat, terutama untuk kebutuhan korban tsunami. "Akhirnya, mau tidak mau Jepang harus mengandalkan pasokan dari impor," jelas Wahyudi, Senin (14/3).Dugaan Wahyudi semakin kuat lantaran Jepang meminta pengiriman sayuran dan buah-buahan dari Indonesia tidak telat. "Mereka sudah mewanti-wanti kami agar pengiriman sayura dan buah-buahan bulan ini tidak terlambat," kata Wahyudi.Sekedar informasi, pada tahun lalu, Kemfarm mengekspor setidaknya 1.000 ton sayuran dan buah-buahan ke Jepang. Komoditas terbesar adalah terong. Kontribusi terbesar mencapai 60% dari seluruh ekspor Kemfarm. Karena itu, Wahyudi optimistis, tahun ini volume ekspor sayuran dan buah-buahan ke Jepang bisa naik menjadi 2.000 ton.Wahyudi bilang, potensi ekspor sayuran ke Jepang sangat tinggi. Saban tahun permintaan sayuran dan buah-buahan Jepang mencapai 500 ribu ton. Biasanya, Cina menjadi pemasok terbesar kebutuhan sayuran Jepang. Namun, dalam waktu belakangan ini, biaya produksi di Cina membengkak akibat naiknya upah. Akibatnya, produksi China ikut turun. "Indonesia bisa mengambil keuntungan dari kondisi itu," seru Wahyudi. Informasi saja, ekspor sayuran dan buah-buahan Indonesia ke Jepang, rata-rata baru mencapai 15.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Eksportir sayur dan buah menuai berkah dari bencana Jepang
JAKARTA. Bencana gempa dan tsunami yang memukul Jepang memberi berkah bagi eksportir sayur. Managing Director PT KemFarm Indonesia Wahyudi Samudra mengakui, mendapat tambahan permintaan nanas beku dari Jepang sebanyak 24 ton setelah tsunami kemarin.Wahyudi menduga tambahan pesanan ini akibat rantai pasokan sayuran dan buah-buahan di Jepang terganggu. Dia menyatakan, banyak lahan perkebunan di sana yang rusak total akibat tsunami kemarin. Selain itu, dia bilang, para petani juga tidak bisa melakukan aktivitas perkebunannya. Di sisi lain, kebutuhan sayuran dan buah-buahan di sana meningkat, terutama untuk kebutuhan korban tsunami. "Akhirnya, mau tidak mau Jepang harus mengandalkan pasokan dari impor," jelas Wahyudi, Senin (14/3).Dugaan Wahyudi semakin kuat lantaran Jepang meminta pengiriman sayuran dan buah-buahan dari Indonesia tidak telat. "Mereka sudah mewanti-wanti kami agar pengiriman sayura dan buah-buahan bulan ini tidak terlambat," kata Wahyudi.Sekedar informasi, pada tahun lalu, Kemfarm mengekspor setidaknya 1.000 ton sayuran dan buah-buahan ke Jepang. Komoditas terbesar adalah terong. Kontribusi terbesar mencapai 60% dari seluruh ekspor Kemfarm. Karena itu, Wahyudi optimistis, tahun ini volume ekspor sayuran dan buah-buahan ke Jepang bisa naik menjadi 2.000 ton.Wahyudi bilang, potensi ekspor sayuran ke Jepang sangat tinggi. Saban tahun permintaan sayuran dan buah-buahan Jepang mencapai 500 ribu ton. Biasanya, Cina menjadi pemasok terbesar kebutuhan sayuran Jepang. Namun, dalam waktu belakangan ini, biaya produksi di Cina membengkak akibat naiknya upah. Akibatnya, produksi China ikut turun. "Indonesia bisa mengambil keuntungan dari kondisi itu," seru Wahyudi. Informasi saja, ekspor sayuran dan buah-buahan Indonesia ke Jepang, rata-rata baru mencapai 15.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News