Ekuitas Reasuransi Turun 22%, Ini Penjelasan AAUI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menutup kuartal I-2022, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia mencatat ekuitas industri reasuransi anjlok 22% secara tahunan (yoy). Kerugian yang dialami perusahaan reasuransi diklaim menjadi salah satu penyebabnya.

Jika melihat data AAUI, total ekuitas reasuransi di tiga bulan pertama 2022 tercatat senilai Rp 7,5 triliun. Angka itu lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 9,6 triliun.

Wakil Ketua Bidang Statistik, Riset dan Analisa AAUI Trinita Situmeang menjelaskan, penurunan ekuitas yang terjadi akibat dari klaim yang dibayarkan di periode tersebut. Memang, klaim dibayar perusahaan reasuransi mengalami kenaikan 6% yoy dengan nilai mencapai Rp 2,6 triliun.


Dari sisi kapasitas, Trinita pun berharap agar tidak terganggu dengan adanya perbaikan-perbaikan dan risk management yang dilaksanakan di perusahaan reasuransi.

Baca Juga: Pengenaan PPN akan Membebani Perusahaan Asuransi dan Agen

“maka kita harapkan kapasitas pertanggungan dan komitmen untuk dapat secara terus menanggung ulang risiko perusahaan dalam negeri untuk tetap dilakukan,” ujar Trinita.

Lebih lanjut, Trinita bilang perbaikan ekuitas dapat terjadi mengikuti jika ada perbaikan dari sisi pendapatan underwriting dan laba usaha. Mengingat, hasil underwriting perusahaan reasuransi juga masih ambles 125% yoy dengan nilai sekitar Rp 5 miliar.

Sementara itu, komitmen pemegang saham juga diperlukan untuk memperkuat struktur permodalan dari perusahaan reasuransi. Hal tersebut dilakukan untuk menanggung risiko dalam negeri.

“Semoga itu terjadi sehingga tingkat kecukupan-nya maupun risk based capital-nya akan meningkat atau improve,” imbuhnya.

Baca Juga: Berencana Masuk ke Bisnis Global, Indonesia Re Butuh Tambahan Modal

Untuk penambahan modal, memang beberapa perusahaan reasuransi sedang berencana demikian, salah satunya PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re. Adapun, penambahan modal tersebut dilakukan dengan usul DPR untuk mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 3 triliun.

Penambahan modal tersebut selain untuk meningkatkan RBC ke level 300% setelah di 2021 turun menjadi 145,38%, perusahaan pun juga berencana untuk masuk bisnis global. Adapun, saat ini posisi ekuitas perusahaan senilai Rp 2,6 triliun.

“Mumpung ibaratnya ekonomi lagi slow down, orang-orang bilang kalau lagi istirahat begini harusnya kita mempersiapkan diri untuk tanding lagi,” ujar Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari