El-Nino dan ringgit menerbangkan harga CPO



JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berhasil bangkit dari keterpurukan. Ada beberapa faktor yang mendongkrak harga CPO. Di antaranya, pelemahan ringgit Malaysia, ancaman El-Nino, hingga proyeksi peningkatan kebutuhan minyak nabati tersebut.

Mengacu data Bloomberg, Kamis (25/6) pukul 11.30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange naik 0,44% menjadi RM 2.280. Sepekan, harga CPO telah menguat 1,92%.

Ariana Nur Akbar, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, ringgit Malaysia yang melemah ikut mendorong penguatan harga CPO. Sebab, harga CPO semakin murah memicu lonjakan permintaan.


Lihat saja data Intertek Testing Services menyatakan ekspor CPO Malaysia periode 1 Juni 2015-25 Juni 2015 melonjak 1,3% ketimbang bulan sebelumnya menjadi 1,4 juta ton. Ini tak terlepas dari peningkatan kebutuhan CPO menjelang musim liburan dan Lebaran. "Semakin dekat Lebaran semakin naik harga CPO," ujar dia.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menambahkan, harga minyak kedelai yang meningkat juga mengangkat harga CPO. Maklum, CPO dan minyak kedelai adalah substitusi. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai pengiriman Desember 2015 naik 0,5% menjadi 33,85 per lbs. "Ini membantu penguatan harga CPO," tutur dia.

Belum lagi ada fenomena gangguan cuaca El-Nino. Biro Meteorologi Australia menyebutkan, ancaman El-Nino polanya serupa dengan kejadian serupa dengan 1997 hingga 1998. Alhasil, indeks suhu permukaan laut di kawasan Pasifik bagian tengah dan timur telah naik 1˚ Celcius.

Kondisi ini bisa mengancam persediaan minyak sawit. Padahal menjelang Lebaran, permintaan CPO meningkat. Padahal stok CPO sedang menipis. Ini membuat harga CPO mulai terbang.

Deddy berpendapat, kebutuhan CPO beberapa waktu mendatang akan terus bertambah. Sebab, Indonesia sedang melakukan aksi deforestasi untuk memanfaatkan seluruh pohon sawit.

Di sisi lain, Tanah Air sedang memproduksi biodiesel 10.000 barel per hari. Pemerintah mengimbau agar 10% dari produksi biodiesel memanfaatkan CPO. Angka ini lebih tinggi ketimbang imbauan negara tetangga yang hanya menetapkan besaran kontribusi CPO sebesar 7,5%.

Menurut Deddy, secara teknikal, harga CPO bergerak di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area plus 12. Relative strength index (RSI) naik ke 56. Sedangkan stochastic masih di angka 43.

Deddy memproyeksikan, harga CPO pada Jumat (26/6) akan menguat di RM 2.250-RM 2.320. Sepekan, harga bergerak di RM 2.200-RM 2.360. Ariana menilai, harga CPO pada Jumat (26/6) akan di RM 2.240-RM 2.320. Dan sepekan, harga CPO akan di RM 2.350-RM 2.420 per ton.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa