El Nino Jadi Ancaman Dalam Memenuhi Ketahanan Pasokan Pangan Nasional



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Cadangan pangan adalah faktor kunci untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tengah ancaman kekeringan akibat El Nino. Sejumlah langkah strategis telah diambil pemerintah, mulai dari meningkatkan produksi hingga impor pangan.

Pada diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) berjudul "Antisipasi Krisis Pangan Di Tengah Ancaman El Nino" pada tanggal 31 Oktober 2023, Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Budi Waryanto, mengungkapkan langkah-langkah yang telah diambil pemerintah. 

"Salah satu upaya yang dilakukan adalah melanjutkan bantuan pangan beras sebesar 10 kilogram kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada tahap pertama (Maret-Mei) untuk menekan inflasi," ujarnya dalam keterangannya, Selasa (31/10).


Untuk mengantisipasi dampak El Nino, Budi menjelaskan bahwa pemerintah telah menyediakan cadangan pangan berupa beras sebanyak 21 juta KPM masing-masing 10 kg.

Baca Juga: Menakar Dampak El Nino Pada Ketahanan Pangan Indonesia

Bantuan pangan ini dilaksanakan selama tiga bulan untuk mengurangi inflasi. Budi memperkirakan bahwa langkah ini akan diteruskan hingga Maret 2024, mengingat kondisi produksi pangan masih belum stabil.

Selain itu, pemerintah juga berharap agar produksi pangan, terutama padi, dapat kembali normal tahun depan. Untuk mencapai hal ini, pemerintah mendorong Perum Bulog untuk menyerap gabah petani sebanyak 2,4 juta ton. Hal ini akan membantu menjaga inflasi dengan baik. Pemerintah juga sedang mencoba berbagai terobosan dalam bantuan pangan, termasuk bantuan telur.

Febby Novita, Direktur Bisnis Perum Bulog, menjelaskan bahwa tren kenaikan komoditas pangan, terutama beras, telah terjadi dalam empat tahun terakhir. Faktor seperti El Nino dan kondisi pangan di pasar global turut mempengaruhi cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Bulog. Stok beras dunia diprediksi akan menurun, dan pembatasan ekspor beras oleh negara produsen dunia juga berdampak pada sulitnya impor beras.

Saat ini, Bulog mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,47 juta ton, termasuk PSO sebanyak 1,38 juta ton. Untuk menjaga stabilisasi harga beras, Bulog telah melepas beras sebanyak 877.142 ton hingga Oktober, dengan perkiraan penyaluran bantuan pangan mencapai 1,2 juta ton hingga Desember. Hal ini diharapkan dapat mengurangi tekanan harga beras di pasar.

Selain itu, Perum Bulog telah diberi kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton tahun ini, dengan stok yang sudah aman. Bulog berencana untuk merealisasikan impor sebanyak 2 juta ton hingga akhir tahun 2023.

Baca Juga: Berharap Tak Gagap Menghadapi Efek El Nino

Direktur Irigasi Pertanian Kementerian Pertanian, Rahmanto, menekankan bahwa El Nino tahun ini mempengaruhi waktu tanam padi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi panen tahun depan. Meskipun dampaknya tidak begitu signifikan, tanam padi menjadi mundur karena kurangnya hujan.

Menurut data BPS, luas panen eksisting mencapai 10,45 juta hektar dengan produksi 54,74 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 31,75 ton beras dengan produktivitas 5,2 ton per hektar. Kementerian telah menargetkan produksi sebanyak 35 juta ton beras atau produksi gabah 54,74 juta ton, dengan peningkatan produksi sebanyak 3,2 juta ton beras tahun depan.

Untuk meningkatkan produksi beras nasional, Kementan fokus pada dua strategi, yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam. Dalam hal ini, peningkatan IP dan perluasan area tanam di lahan sawah irigasi menjadi fokus utama. Selain itu, optimalisasi lahan rawa dan lahan tadah hujan juga dianggap sebagai langkah penting untuk meningkatkan produksi beras.

Baca Juga: Mendag Pastikan Stok Pangan Aman untuk Hadapi El Nino

Rachmat dari Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, mengungkapkan bahwa sektor pertanian Indonesia masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal intensitas tanam padi yang belum mencapai potensi maksimal. 

Untuk meningkatkan produktivitas padi, pemerintah sedang berupaya mengganti varietas dengan produktivitas rendah dengan varietas unggul seperti Inpari 32, Inpago 8, dan Inpara. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli