JAKARTA. El Nino yang mengganggu produksi, menjadi penopang kenaikan harga minyak sawit alias
crude palm oil (CPO) sepanjang kuartal I-2016. Apalagi saat produksi menyusut, permintaan minyak sawit meningkat. Mengutip
Bloomberg, Rabu (6/4) pukul 17.15 WIB harga CPO kontrak pengiriman Juni 2016 di Malaysia Derivative Exchange tergores 1,37% ke level RM 2.718 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Tapi pergerakan harga minyak sawit sepanjang kuartal I-2016 cukup mengesankan, dengan pertumbuhan 6,25%. Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, memaparkan, kenaikan harga ini memang sudah terlihat sejak akhir tahun 2015. Penyebab utamanya adalah El Nino yang mengeringkan perkebunan sawit. Ini jadi penyebab utama produksi CPO menyusut.
Sampai saat ini El Nino masih berlangsung. Setelahnya diprediksi ada La Nina. "Keduanya buruk bagi perkebunan, artinya produksi akan terus turun dan harga tertopang," jelas Wahyu, kemarin. Pada 29 Maret 2016, harga CPO menyentuh level tertinggi RM 2.779 per metrik ton. Saat itu, Intertek Testing Services merilis ekspor Malaysia 1–20 Februari 2016 naik 19,8% menjadi 712.954 ton dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. Sedangkan harga terendah di kuartal pertama senilai RM 2.428 per metrik ton pada 28 Januari 2016. "Itu karena fluktuasi minyak mentah dan posisi Ringgit Malaysia yang menguat," ujar Wahyu. Menuju RM 3.000 Peluang kenaikan harga CPO di kuartal II-2016 masih terbuka lebar. Produksi minyak sawit Malaysia diprediksi turun 3 juta ton tahun ini. "Masuk ke bulan Ramadan, permintaan juga meningkat terutama dari India," tambah Wahyu. Hal tersebut dapat menopang kenaikan harga CPO di tengah tahun. Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka juga menyebut peluang harga CPO untuk terus melaju hingga akhir tahun 2016 masih terbuka. Kenaikan suku bunga The Fed justru bisa jadi amunisi bagi CPO untuk naik signifikan. "Sederhana saja. Kalau USD menguat ringgit Malaysia tertekan. Artinya ekspor CPO bisa semakin tajam kenaikannya," jelas Ibrahim. Lagipula dibandingkan komoditas lain, fundamental CPO cukup kuat. Sehingga tekanan koreksi hanya akan terjadi sesaat karena
profit taking dan teknikal. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures, juga melihat CPO dalam tren bullish hingga akhir tahun nanti. Menurut Deddy, faktor yang lain membuat harga CPO kuat adalah kinerja ekspor CPO Indonesia yang terus menurun dalam empat tahun terakhir.
Diprediksi ekspor Indonesia 2016 hanya sekitar 24 juta ton atau turun dibanding 2015 yakni 26,4 juta ton. "Ini karena CPO yang diserap untuk bahan baku biodiesel di Tanah Air terus menanjak, sekarang 16%," terang Deddy. Targetnya hingga tahun 2020, penyerapan CPO untuk biodiesel bisa naik menjadi 30%. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebut permintaan biodiesel di Indonesia 200.000 kiloliter per bulan. Deddy menduga harga CPO kuartal II-2016 bergerak di kisaran RM 2.700–RM 2.880 dan akhir tahun RM 3.000 per metrik ton. Prediksi Wahyu, hingga pertengahan tahun harga RM 3.000 dan akhir tahun RM 2.900 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie