El Nino mengintai panen hortikultura



JAKARTA. Pemerintah harus segera mengantisipasi dampak gelombang panas El Nino yang akan menyerang wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan, gelombang El Nino akan melanda Indonesia hingga November mendatang.

Dampak El Nino akan menyebabkan kekeringan berkepanjangan, yang berakibat rusaknya tanaman pertanian hortikultura. Korbannya adalah cabai, bawang, tomat dan sayur mayur yang tidak toleransi terhadap kekeringan.

Benny Koesbini, Ketua Dewan Hortikultura Nasional (DHN) mengingatkan, bila pemerintah tidak tangggap menghadapi anomali cuaca yang diperkirakan berlangsung hingga November tahun ini, potensi gagal panen tanaman hortikultura bisa mencapai 30% hingga 50%.


Gagal panen, lanjut Benny, berpotensi terjadi pada tanaman hortikultura yang dibudidayakan petani di kaki gunung dan dataran rendah. Tapi, tanaman di kaki gunung paling berpotensi kekurangan air.

Selain kekurangan air, tanaman hortikultura seperti cabai juga berpotensi diserang virus kuning atau gemini. "Jadi, pemerintah harus membantu petani agar tanamannya bisa diselamatkan," kata dia kepada KONTAN, Senin (27/7).

Benny menambahkan, jika fenomena El Nino menyerang, panen tanaman hortikultura bisa anjlok. Contohnya, bila selama ini tanaman cabai bisa menghasilkan 10 ton per hektare (ha) dan tomat 20 ton per ha, jika terjadi gagal panen, produksinya bisa tergerus hingga 50%.

Apalagi, Benny memprediksi, musim penghujan akan turun paling cepat pada akhir Oktober 2015. Di sisi lain, wilayah yang selama ini menjadi sentra hortikultura seperti di Sumatra Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, akan mengalami langsung dampak El Nino.

Lonjakan harga produk

Akibatnya, tanaman cabai, bawang dan tomat yang ditanam petani pada bulan April, Mei, dan Juni lalu akan mengalami kekeringan dan mati pada Agustus nanti. "Saya memprediksi akan terjadi lonjakan harga produk-produk hortikultura," imbuh Benny.

Untuk mengantisipasi dampak El Nino, Benny menyarankan pemerintah membagikan pompa air kepada para petani dan juga memastikan ketersediaan pasokan listrik atau genset serta keringanan biaya bahan bakarnya.

Yang tak kalah penting, pemerintah harus membangun gudang di pasar tradisional yang bisa menjadi tempat penampungan hasil panen.

Bahkan, pemerintah harus membangun coldstorage (lemari pendingin) di sentra tanaman hortikultura agar hasil panen bisa tahan lama.

Jika langkah antisipasi itu dilakukan, ketika pasokan hortikultura berkurang, stok yang tersedia bisa langsung disalurkan kepada konsumen dan tidak dimanfaatkan oleh para spekulan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim, sejauh ini, Kementerian Pertanian (Kemtan) telah melakukan langkah antisipasi dampak El Nino. Misalnya, membagikan 20.000 unit pompa air ke wilayah sentra pertanian yang berpotensi kekeringan.

Hitungan Amran, potensi lahan pertanian yang mengalami kekeringan akibat El Nino di tahun ini diperkirakan sekitar 200.000 ha. “Setiap tahun, tanaman yang mengalami puso mencapai 25.000 ha. Tapi tahun ini akan kita tekan di bawah 10.000 ha," katanya.

Dengan sejumlah antisipasi itu, Amran optimistis, pemerintah bisa menekan potensi gagal panen tanaman hortikultura akibat El Nino. Pada tahun ini, Kemtan memproyeksikan, produksi bawang merah mencapai 1,125 juta ton dengan konsumsi 2,06 kg per kapita, cabai 1,08 juta ton (1,62 kg per kapita), dan cabai rawit 751.283 ton dengan konsumsi per kapita 1,27 kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto